Telset.id, Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan Rusia akan melakukan perundingan bilateral formal pertama tentang keamanan ruang angkasa sejak 2013. Pembicaraan itu menyusul tuduhan AS bahwa Rusia menguji senjata anti-satelit berbasis-ruang.
Dilansir Reuters, asisten sekretaris Negara AS untuk keamanan dan nonproliferasi internasional, Christopher Ford, mengatakan bahwa Washington sangat berharap bisa mempromosikan norma-norma perilaku yang bertanggung jawab di luar angkasa.
{Baca juga: Tahun 2024, Astronot NASA akan Tinggal di Bulan}
“Kami menyerukan stabilitas yang lebih besar yang dapat diprediksi serta alat manajemen krisis,” imbunya. Dikutip Telset.id, Senin (27/7/2020), seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa perundingan akan berlangsung di Wina.
Ford mengatakan kepada wartawan bahwa AS percaya Rusia dan China telah mengubah ruang angkasa menjadi “domain perang”. Komando Luar Angkasa AS mengaku memiliki bukti bahwa Rusia menguji senjata anti-satelit berbasis ruang pada 15 Juli 2020.
“Apa yang mereka lakukan adalah memberi isyarat kepada dunia. Mereka dapat menghancurkan satelit di orbit dengan satelit lain. Praktik seperti itu sangat mengganggu, provokatif, berbahaya, dan keliru. Seharusnya mereka tak melakukannya,” terangnya.
“Kami berharap dapat menyampaikan pesan tersebut kepada mereka dan bekerja dengan cara yang lebih baik bagi negara-negara. Tujuannya untuk menunjukkan pengekangan dan perilaku bertanggung jawab yang tepat di orbit,” sambung Ford.
Sayang, ia menolak menyebut siapa yang akan memimpin tim atau membahas pertemuan tentang keamanan ruang angkasa pada Senin waktu setempat itu.
{Baca juga: Stasiun Ruang Angkasa China Selesai Tahun 2022}
Utusan khusus presiden AS untuk kontrol senjata, Marshall Billingslea, menyatakan pembicaraan lebih lanjut dilakukan akhir Juli 2020.
Sebelumnya dikabarkan bahwa China berencana untuk mengirim empat misi luar angkasa berawak dan empat misi kapal barang untuk menyelesaikan pekerjaan di stasiun ruang angkasa secara permanen dalam waktu sekitar dua tahun.
Pengumuman program luar angkasa tersebut semakin memperkuat ambisi China untuk menyaingi Amerika Serikat, Eropa, Rusia, dan perusahaan swasta dalam hal eksplorasi luar angkasa, semisal SpaceX dan Blue Origin.
Pesawat ruang angkasa tak berawak dan kapsul meluncur ke ruang angkasa dengan roket Long March 5B dalam penerbangan debut, awal pekan lalu, dari pusat peluncuran Wenchang di provinsi selatan pulau Hainan.
Menurut laporan New York Post, seperti dikutip Telset.id, Senin (11/5/2020), kapsul itu merupakan perbaikan dari kapsul Shenzhou yang berdasarkan model Soyuz bekas Uni Soviet dan dapat membawa enam astronot. [SN/HBS]