Selama 33 tahun, Samsung tak tergoyahkan sebagai raja pasar DRAM global. Namun, awal 2025 mencatat sejarah baru: untuk pertama kalinya, raksasa asal Korea Selatan itu tersingkir dari posisi puncak. SK Hynix, rival sekaligus tetangga dekatnya, berhasil merebut tahta berkat dominasi di segmen HBM (High Bandwidth Memory)—komponen kunci untuk teknologi AI. Data terbaru dari Counterpoint Research mengungkapkan, SK Hynix menguasai 36% pasar DRAM global di Q1 2025, mengalahkan Samsung yang hanya meraih 34%. Di posisi ketiga, Micron bertengger dengan 25% share.
HBM: Senjata Rahasia SK Hynix
Lalu, apa yang membuat SK Hynix bisa menyalip Samsung? Jawabannya terletak pada HBM, teknologi memori berkecepatan tinggi yang menjadi tulang punggung server AI. Analis menyebut SK Hynix menguasai 70% pasar HBM global, berkat kontrak eksklusif dengan NVIDIA untuk suplai HBM3E. Sementara itu, Samsung gagal masuk dalam rantai pasokan NVIDIA akibat kendala teknis dalam produksi HBM3E. Padahal, HBM bukan sekadar produk—ia adalah tiket masuk ke era komputasi AI generasi berikutnya.
“Ini bukan sekadar persaingan market share, tapi pertarungan masa depan,” ujar seorang analis yang enggan disebutkan namanya. “Siapa yang menguasai HBM, dialah yang akan menentukan arah industri AI.”
Samsung Terdesak, Tapi Belum Menyerah
Samsung tak tinggal diam. Kabarnya, perusahaan mempercepat jadwal pengembangan HBM4—target produksi dipercepat 6 bulan lebih awal dari rencana semula. Namun, apakah langkah ini cukup untuk mengejar ketertinggalan? Beberapa pengamat meragukannya. “SK Hynix sudah terlalu jauh di depan dalam hal HBM. Samsung butuh terobosan besar, bukan sekadar percepatan jadwal,” tandas seorang eksekutif di industri semikonduktor.
Q2 2025 diprediksi tak akan lebih baik untuk Samsung. Counterpoint Research memperkirakan SK Hynix akan mempertahankan kepemimpinannya setidaknya hingga kuartal berikutnya. Pertanyaannya: apakah ini awal dari pergeseran kekuatan di industri DRAM, atau hanya gangguan sementara bagi Samsung?
Tarif dan Ancaman Resesi: Tantangan Jangka Panjang
Meski permintaan AI masih kuat, ancaman resesi global bisa mengganggu pertumbuhan pasar HBM. Counterpoint Research memperingatkan, guncangan perdagangan dan resesi berpotensi memukul industri ini dalam jangka panjang. “HBM sangat bergantung pada investasi AI. Jika ekonomi global melambat, proyek-proyek AI bisa ditunda,” jelas laporan tersebut.
Di tengah ketidakpastian ini, satu hal yang pasti: pertempuran DRAM tak lagi sekadar soal kapasitas produksi. Inovasi teknologi—khususnya di segmen HBM—menjadi penentu utama. Dan untuk pertama kalinya dalam tiga dekade, Samsung harus berlari lebih cepat untuk mengejar, bukan memimpin.