Rusia: Tudingan Dalang NotPetya demi Kampanye Trump

Telset.id, Jakarta – Rusia membantah tuduhan Inggris soal keterlibatan serangan siber NotPetya di Ukraina. Kremlin menegaskan bahwa tuduhan Inggris tentang militer Rusia sebagai dalang di balik serangan tersebut sangat tidak berdasar.

“Mereka tidak punya cukup bukti. Apa yang mereka lakukan hanyalah rangkaian kampanye Russophobic atau fobia terhadap Rusia. Kami merasa dirugikan,” kata jurubicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir dari AFP.

Kremlin kemudian membuat hipotesis lain mengenai tudingan Inggris maupun negara Barat lain kepada Rusia. Menurut Kremlin, tuduhan bahwa Moskow adalah otak di balik serangan siber cuma bertujuan untuk membuat Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat pada 2016.

“Kami tahu apa ambisi mereka sebenarnya. Negara-negara Barat bersekongkol demi satu tujuan. Sekarang, ambisi mereka telah tercapai,” imbuh Peskov.

[Baca juga: Inggris Tuding Rusia Dalang Serangan Ransomware NotPetya]

Sebelumnya dilaporkan, pemerintah Inggris menuding militer Rusia sebagai aktor serangan ransomware besar-besaran pada 2016 hingga 2017 lalu. Serangan ransomware NotPetya menargetkan perusahaan lembaga keuangan serta pemerintah Ukraina.

Menurut laporan CNET, serangan itu mengakibatkan kerusakan sistem di sejumlah perusahaan, termasuk Maersk, FedEx, dan Merck. Bahkan, laporan menyebut, Maersk merugi hingga 300 juta dolar Amerika Serikat.

“Kremlin telah menempatkan Rusia sebagai oposisi Barat. Kami meminta kepada Rusia untuk menjadi anggota masyarakat internasional daripada diam-diam mencoba melakukan pelemahan,” kata Menteri Penerbangan Inggris, Tariq Ahmad.

[Baca juga: WannaCry dan NotPetya Melemah, Hacker Siapkan Jurus Lain?]

Ahmad mengatakan bahwa serangan “sembrono” Rusia tersebut menunjukkan ketidakpedulian terhadap kedaulatan Ukraina. Pemerintah Ukraina juga mengaku menemukan bukti yang menghubungkan serangan itu dengan militer Rusia pada Juli 2017 lalu.

Seperti diketahui, pada 2017 lalu dunia sempat digegerkan dengan serangan ransomware NotPetya. Serangan masif “wabah” ini telah membuat kacau seluruh dunia yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan.

Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah karena malware ini juga menyerang sistem komputer di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Chernobyl, Ukraina.

Serangan ransomware Petya menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Bloomberg melaporkan bahwa malware ini telah menyebar dari Eropa hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan.

Perusahaan besar dunia dilaporkan menjadi target serangan, termasuk agensi iklan asal Inggris WPP, produsen minyak dan gas asal Rusia Rosneft, dan operator pelabuhan besar dunia A.P.M Maersk. Menurut perusahaan keamanan Kaspersky Lab, perusahaan-perusahaan di Rusia dan Ukraina tercatat paling banyak mendapatkan serangan.

[Baca juga: Petya Itu Ransomware atau Wiper? Ini Penjelasannya]

Yang paling mengkhawatirkan adalah serangan pada sistem komputer di PLTN di Chernobyl, Ukraina. Pihak Kaspersky Lab mengungkapkan, akibat serangan NotPetya ke sejumlah komputer di PLTN Chernobyl ini membuat jaringan listrik terganggu.[SN/HBS]

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI