Telset.id – Robot terapi di masa depan harus mampu memberikan respons emosional yang autentik, tidak hanya sekadar patuh terhadap perintah. Hal ini diusulkan oleh para peneliti dari University of Bristol berdasarkan studi terbaru mereka.
Penelitian ini terinspirasi dari terapi berbasis kuda (Equine-Assisted Interventions/EAIs) yang telah terbukti efektif membantu orang dengan PTSD, trauma, dan autisme. Kuda dalam terapi ini berperan sebagai cermin emosi, merespons bahasa tubuh dan energi manusia alih-alih perintah verbal.
“Sebagian besar robot sosial saat ini dirancang untuk patuh dan dapat diprediksi, mengikuti perintah dan memprioritaskan kenyamanan pengguna,” jelas Ellen Weir, penulis utama studi dari Fakultas Sains dan Teknik Universitas Bristol.
Tim peneliti menyarankan robot terapi seharusnya menunjukkan tingkat otonomi dan resistensi tertentu, hanya merespons positif ketika pengguna menunjukkan ketenangan dan kejelasan emosional – persis seperti yang dilakukan kuda dalam terapi.
Baca Juga:
Pendekatan ini diharapkan dapat menggeser fokus robot terapi dari desain berbasis kenyamanan menjadi interaksi berbasis ko-regulasi, mendorong pertumbuhan emosional yang lebih dalam daripada sekadar meredakan tekanan.
Meskipun EAIs menawarkan manfaat yang terbukti, terapi ini membutuhkan hewan terlatih, fasilitator ahli, dan sumber daya yang signifikan, sehingga tidak terjangkau bagi banyak orang. Alternatif robotik yang meniru umpan balik emosional dua arah ini dapat membuka pintu baru untuk pemulihan trauma, dukungan autisme, dan perawatan kesehatan mental dalam skala besar.
“Tantangan berikutnya adalah merancang robot yang dapat menafsirkan emosi manusia dan merespons secara dinamis – seperti yang dilakukan kuda. Ini membutuhkan kemajuan dalam penginderaan emosional, dinamika gerakan, dan pembelajaran mesin,” kata Weir.
Studi ini juga mempertimbangkan implikasi etis dari menggantikan hewan hidup dengan mesin. Pertanyaan seperti apakah robot dapat menawarkan nilai terapi yang sama dengan kuda hidup, dan bagaimana memastikan interaksi ini tetap etis, efektif, dan autentik secara emosional menjadi pokok bahasan penting.
Temuan ini akan dipresentasikan pada Konferensi CHI 2025 tentang Faktor Manusia dalam Sistem Komputasi. Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan robot terapi generasi berikutnya yang lebih canggih dalam memahami dan merespons emosi manusia.
Perkembangan robot terapi ini sejalan dengan inovasi teknologi kesehatan lainnya seperti nanorobot untuk pengobatan tumor dan pemanfaatan AI dalam berbagai bidang.