Telset.id – Bayangkan sebuah robot humanoid yang mampu mengangkat beban berat, berjalan dengan lincah di lingkungan pabrik, dan bekerja tanpa lelah seperti manusia—tapi dengan kekuatan super. Inilah visi yang akan segera menjadi kenyataan, karena Boston Dynamics bersiap mengerahkan Atlas, robot humanoid terbarunya, di pabrik Hyundai sebelum akhir tahun ini.
Atlas bukanlah robot biasa. Evolusi dari model hidrolik legendaris yang memukau dunia melalui video-viral sejak 2013, versi terbaru ini bertenaga listrik dan dirancang untuk menjadi lebih kuat dan andal dibandingkan pekerja manusia. “Robot ini akan melakukan hal-hal yang sulit bagi manusia,” ujar Kerri Neelon, juru bicara Boston Dynamics, seperti dikutip Telset.id. “Seperti mengangkat benda sangat berat atau membawa barang yang canggung untuk dipegang manusia.”
Revolusi Robot Humanoid di Industri
2025 diprediksi menjadi tahun di mana robot humanoid serba guna—yang sebelumnya hanya hidup di lab penelitian—akhirnya memasuki dunia komersial. Sebelum Atlas, beberapa robot seperti Digit dari Agility Robotics dan Figure dari perusahaan bernama sama telah mencicipi dunia kerja nyata di gudang dan fasilitas logistik. Bahkan raksasa teknologi seperti Apple dan Meta dikabarkan sedang mengembangkan robot humanoid untuk konsumen.
Laporan Goldman Sachs 2024 memperkirakan pasar robot humanoid akan mencapai $38 miliar pada 2035—naik lebih dari enam kali lipat dari proyeksi sebelumnya. Nilai utamanya terletak pada fleksibilitas: robot-robot ini dirancang untuk beralih antar-tugas layaknya manusia, berbeda dengan otomasi tradisional yang terbatas pada satu fungsi spesifik.
Baca Juga:
Tantangan dan Peluang di Balik Teknologi Canggih
Namun, jalan menuju adopsi massal tidak mulus. Tesla Optimus, misalnya, menuai kritik setelah demo Oktober lalu mengungkapkan bahwa robot-robot tersebut masih dikendalikan manusia. Elon Musk sendiri mengakui kendala produksi akibat pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh China.
Salah satu tantangan terbesar adalah mengajari robot berbagai tugas baru. Di sinilah kecerdasan buatan (AI) berperan. Kemajuan pesat model bahasa besar (LLM) seperti Gemini Robotics dari Google DeepMind memungkinkan robot belajar lebih cepat dan beradaptasi dengan situasi baru. “Bayangkan sebuah robot di toko perlengkapan yang bisa mengatur palet, membersihkan, menata rak, dan memeriksa inventaris—semua dalam satu hari,” kata Jonathan Hurst dari Agility Robotics.
Namun, keandalan tetap menjadi pertanyaan. Chris Atkeson dari Carnegie Mellon University mengingatkan risiko kegagalan sistem: “Bagaimana jika suatu pagin pemilik toko menemukan semua barang berantakan di lantai, atau malah terjadi kebakaran?”
Meski demikian, optimisme tetap tinggi. “Lima tahun lalu, saya akan bilang ini mustahil,” akui Atkeson. “Tapi dengan LLM, kita telah membuat lompatan besar dalam ‘akal sehat’ robot. Mungkin kita hampir sampai.”
Dengan Atlas dan generasi baru robot humanoid lainnya, dunia industri—dan mungkin kehidupan sehari-hari—akan segera berubah. Pertanyaannya bukan lagi “apakah” tapi “kapan” robot-robot ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tenaga kerja global.