JAKARTA – Sebagai pasar terbesar di dunia, Tiongkok menjadi incaran semua pabrikan ponsel untuk menjual produk-produknya. Menariknya, tak hanya produk original yang berebut mencari pasar, tapi produk-produk “KW” alias bajakan juga tumbuh sumbur di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Tiongkok memang telah lama dikenal sebagai surganya barang bajakan. Hampir semua perangkat elektronik berbagai merek, termasuk ponsel, bisa ditemukan versi bajakannya di Tiongkok. Faktor harga yang murah tentunya menjadi daya tarik untuk menggoda para calon pembeli.
Meski saat ini banyak bermunculan vendor-vendor lokal Tiongkok yang menawarkan produk bagus dengan harga terjangkau, namun fenomena ini tidak lantas menyurutkan pasar ponsel bajakan di sana.
Belum lama ini AnTuTu merilis data menarik tentang ponsel-ponsel bajakan di Tiongkok. Dalam laporannya AnTuTu mengungkap bahwa sepanjang 6 bulan pertama di tahun 2015, ada dua merek yang paling banyak ditemukan produk bajakannya beredar di Tiongkok, yakno Samsung dan Xioami. Sementara merek lokal lainnya tercatat masih jauh di bawah kedua brand tersebut.
Produk ponsel Samsung menjadi produk yang paling banyak dipalsukan dengan 37,3% dari total handset bajakan yang beredar. Kemudian disusul oleh Xiaomi di peringkat ke-2 dengan 30,96%. Jika dijumlah, produk bajakan dari kedua brand ini mencapai 68% dari seluruh produk bajakan di Tiongkok.
Posisi berikutnya ditempati Huawei dengan 3,97%, kemudian diperingkat ke-4 adalah HTC (2,88%), Coolpad (1,33%), Oppo (0,94%), dan diperingkat ke-8 Lenovo (0,74%).
AnTuTu juga merilis model smartphone yang paling banyak dipalsukan. Xiaomi Mi Note berada di posisi teratas dengan 31,82%, Redmi Note (12%), Mi3 (9,39%), Samsung Galaxy Note 3 (8,82%) dan Galaxy Note 4 (7,01%).
Melihat banyaknya ponsel Xiaomi yang masuk daftar tertinggi produk bajakan ini cukup mengejutkan, karena menunjukkan berapa banyak permintaan perangkat Xiaomi yang dapat mereka jual.
Ini seperti sebuah ironi, karena Xiaomi terus tumbuh menjadi besar seperti sekarang karena berhasil menjual produk-produk bagus dengan harga yang terjangkau. Namun itu tidak membuat mereka bisa lolos dari para produsen produk bajakan yang tumbuh subur di Tiongkok.[HBS]
