Plin-plan, Kini Cambrige Analytica Akui Terima Data Facebook

Telset.id, Jakarta – Mantan bos Cambridge Analytica, Alexander Nix telah bersikap plin-plan. Bagaimana tidak, pada kesaksiannya pada Rabu (06/06/2018) waktu setempat, ia mengakui bahwa perusahaannya telah menerima data jutaan pengguna Facebook dari Aleksandr Kogan, peneliti yang terkait dengan skandal data Facebook.

Pernyataan tersebut bertentangan dengan kesaksian sebelumnya kepada anggota parlemen Inggris beberapa waktu lalu. Saat itu, ia membantah adanya konsultasi politik terkait data yang diberikan Kogan.

Meski memberikan pernyataan yang jauh berbeda, Nix membantah telah sengaja menyesatkan para anggota parlemen Inggris. Ia juga mengatakan bahwa perusahaannya telah menghapus data yang tidak berguna.

Dilansir dari Reuters, anggota parlemen Inggris akhirnya meminta Nix untuk kembali menjalani pemeriksaan karena jawaban plin-plan tersebut.

Sementara untuk Kogan, dirinya telah mengakui kepada anggota parlemen bahwa ia memberikan data pengguna Facebook ke Cambridge Analytica.

Perilaku Kogan juga dinilai Facebook telah melanggar kebijakan. Sebab, ia telah mengambil data pengguna dengan membuat aplikasi yang telah di-download oleh 270 ribu orang yang dapat mengakses tidak hanya data pengguna saja, tapi juga data pribadi pengguna lain yang saling terhubung, dan kemudian menyerahkannya ke Cambridge Analytica.

Baca Juga: Facebook Setor Data Pengguna ke Produsen Ponsel China?

Saat ini, Pemerintah Inggris dilaporkan tengah fokus untuk melakukan penyelidikan terhadap peran Cambridge Analytica dan Facebook dalam pemilihan Brexit di tahun 2016 lalu.

Cambridge Analytica memang telah menjadi sorotan dunia setelah skandal penyalahgunaan data jutaan pengguna Facebook untuk kepentingan kampanye calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada pemilihan 2016 lalu.

Kabar terakhir, Cambridge Analytica telah mengumumkan kebangkrutannya, beberapa hari setelah FBI melakukan investigasi. Petisi kebangkrutan Cambridge Analytica sudah didaftarkan ke Bankruptcy Court Southen District of New York, yang ditandatangani dewan komisaris Rebekah dan Jennifer Mercer.

Baca Juga: Buntut Kasus Facebook, FBI Selidiki Cambridge Analytica

Cambridge Analytica dan perusahaan induknya, SCL Elections, menutup operasional usaha pada awal Mei 2018. Dalam dokumen pengadilan di New York, Amerika Serikat, tercatat bahwa perusahaan memiliki aset hingga USD 500 ribu atau Rp 7 miliar dan utang sebesar USD 10 juta Rp 140 miliar.

Walau Cambridge Analaytica sudah bangkrut, pihak dari regulator tetap menyelidiki kasus penyalahgunaan data 87 juta pengguna Facebook untuk kampanye politik. Cambridge Analytica dinyatakan melakukan tindakan ilegal lantaran memakai privasi orang untuk kepentingan politik. (SN/FHP)

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI