Telset.id, Jakarta – Dampak perseteruan di bidang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal lebih besar dari virus corona. Perang teknologi antar dua negara tersebut bakal memiliki pengaruh serius dalam jangka panjang.
Kita semua tahu bahwa pandemi virus corona telah mengganggu berbagai lini kehidupan, termasuk rantai pasokan dan permintaan ekonomi secara global. Geliat di berbagai bidang mati suri gara-gara pandemi Covid-19.
Namun, seperti dikutip Telset.id dari Reuters, Minggu (20/06/2020), dampak perseteruan di bidang teknologi antara AS-China diperkirakan akan lebih dahsyat. Prospek Eropa bahkan bisa menjadi korban pertama perang teknologi AS-China.
{Baca juga: Spionase Peringatkan “Gelombang Kejut” Penangkapan Putri Bos Huawei}
“Ketika dua gajah menari, sulit untuk berdiri di pinggir dan tidak terpengaruh. Presiden Kamar Eropa di China akan terus ‘terjaga di malam hari’,” terang Jörg Wuttke, wakil kepala BASF, raksasa petrokimia Jerman.
China mulai pulih dari dampak virus corona. China sempat lumpuh manakala Covid-19 kali pertama menyebar di kota Wuhan pada Desember 2019 dan menular ke seluruh dunia serta menginfeksi lebih dari 8,3 juta orang.
{Baca juga: Insinyur China Curi Rahasia Dagang Perusahaan Chip AS}
“Sebesar-besarnya dampak virus corona masih bisa ditangani,” imbuh Wuttke. Ia menyebut bahwa perusahaan-perusahaan Eropa bakal terjebak dalam “baku tembak” antara AS dan China dalam jangka waktu panjang.
Huawei dan sejumlah perusahaan asal China lain turut menjadi “korban” dari perang teknologi AS-China. Pasalnya, AS telah menempatkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan pada Mei 2019 dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional. AS bahkan membujuk negara lain untuk memboikot Huawei. (SN/MF)