Telset.id, Jakarta – Para ilmuwan mengaku telah menemukan protein pertama yang diketahui berasal dari luar angkasa. Letaknya di sebuah meteorit yang jatuh ke Bumi pada 30 tahun lalu.
Dilansir New York Post, meteorit yang dikenal sebagai Acfer 086 itu menghantam Aljazair pada 30 tahun lalu dan mengandung protein luar angkasa yang dipanggil hemolithin, dimana di dalamnya terkandung besi dan lithium.
“Analisis spektrum isotop lengkap terkait setiap fragmen molekul menunjukkan peningkatan 2H di atas rata-rata terestrial 25.700 bagian per seribu (sigma = 3.500, n = 15),” begitu pengantar abstrak.
{Baca juga: Eksoplanet Baru Ditemukan, Ukurannya Dua Kali Lebih Besar dari Bumi}
Molekul tersebut diberi tip oleh pengelompokan besi-oksigen-besi yang dalam konteks terestrial lain diusulkan untuk mampu menyerap foton dan memecah air menjadi gugus hidroksil dan hidrogen.
Dikutip Telset.id, Selasa (3/3/2020), Acfer 086 ditemukan pada 1990 dan bermassa 173 gram. Astronom dan ahli kimia Chenoa Tremblay percaya protein kemungkinan ada di ruang angkasa.
“Namun, jika kita memang dapat menemukan bukti keberadaan mereka dan seperti apa beberapa struktur dan struktur umumnya, saya pikir benar-benar menarik dan mengasyikkan,” terangnya.
Asal tahu saja, hemolithin dalam Acfer 086 memiliki struktur yang mirip dengan protein di Bumi dan perbandingan hidrogen dengan isotop deteriumnya mirip dengan yang terlihat di awan Oort.
{Baca juga: NASA Deteksi Gempa 4,0 Skala Richter di Planet Mars}
Sekedar informasi, awan Oort sendiri merupakan awan komet berbentuk bulat yang dipercayai berada sekitar 1xE15 m/50.000 hingga 1xE16 m/100.000 AU dari matahari (sekitar 1.000 kali jarak Matahari ke Pluto). Di dalam awan Oort terdapat banyak sekali obyek-obyek dingin dan beku dengan materi yang berasal dari masa lalu alam semesta.
Nama Oort diambil dari nama Jan Oort yang memperkirakan keberadaannya di tahun 1950. Tapi sebelumnya, di tahun 1932, astronom Estonia Ernst Opik juga menduga keberadaan awan komet. Karena itu waduk komet tersebut kadang juga dikenal dengan nama Awan Opik-Oort meskipun belum ada yang mendeteksi kehadiran awan Oort secara langsung. [SN/IF]