Telset.id – Di tengah ketegangan geopolitik yang semakin memanas, NVIDIA mengambil langkah tak biasa: menurunkan performa chip AI andalannya, H20, demi mempertahankan pasar China yang bernilai miliaran dolar. Bagaimana strategi ini akan memengaruhi lanskap teknologi global?
Perusahaan asal Silicon Valley ini terpaksa melakukan “underclocking” atau penurunan kapasitas memori pada chip H20 setelah pemerintah AS memperketat aturan ekspor chip canggih ke China. Langkah ini diambil untuk mempertahankan order senilai USD 18 miliar (Rp 288 triliun) dari raksasa teknologi China seperti Tencent, Alibaba, dan ByteDance.
Strategi NVIDIA Hadapi Pembatasan AS
Menurut laporan eksklusif Reuters, NVIDIA telah menginformasikan kepada klien-klien utamanya di China bahwa versi terbaru chip H20 akan dirilis pada Juli 2025. Chip ini sengaja didesain dengan spesifikasi lebih rendah dari versi sebelumnya yang sempat lolos aturan ekspor Oktober 2023.
“Modifikasi teknis ini mencakup pengurangan signifikan pada kapasitas memori,” ungkap salah satu sumber yang familiar dengan perkembangan tersebut. Yang menarik, beberapa sumber menyebutkan bahwa pelanggan mungkin bisa melakukan rekonfigurasi modul chip untuk meningkatkan performanya.
Baca Juga:
China: Pasar Kritis yang Tak Boleh Dilewatkan
Data finansial NVIDIA menunjukkan betapa krusialnya pasar China bagi perusahaan ini. Pada tahun fiskal yang berakhir 26 Januari 2025, China menyumbang USD 17 miliar atau sekitar 13% dari total pendapatan NVIDIA.
CEO NVIDIA Jensen Huang bahkan melakukan kunjungan khusus ke Beijing bulan lalu, tak lama setelah pemerintah AS mengumumkan persyaratan lisensi baru untuk chip H20. Dalam kunjungan tersebut, Huang menegaskan komitmen NVIDIA terhadap pasar China dan memprediksi bahwa pasar AI China bisa mencapai USD 50 miliar dalam 2-3 tahun ke depan.
Perang Teknologi AS-China yang Semakin Sengit
Sejak 2022, AS telah memberlakukan berbagai pembatasan ekspor chip canggih ke China dengan alasan keamanan nasional. Langkah ini semakin intensif di bawah pemerintahan Biden dan Trump. NVIDIA sendiri telah beberapa kali memodifikasi lini produknya untuk menyesuaikan dengan aturan yang terus berubah.
Sementara itu, China tak tinggal diam. Perusahaan lokal seperti Huawei melalui chip Ascend 920 dan SMIC dengan produksi chip 5nm tanpa EUV menunjukkan kemampuan China dalam mengembangkan teknologi semikonduktor mandiri.
Pertanyaan besarnya sekarang: Akankah strategi “underclocking” NVIDIA ini cukup untuk mempertahankan dominasinya di pasar AI China, atau justru membuka peluang lebih besar bagi pesaing lokal seperti Huawei? Yang pasti, perang chip antara AS dan China masih jauh dari kata usai.