Telset.id – Sebuah laporan dari Javelin Strategy & Research, yang termaktub dalam 2016 Identity Fraud Study, menyebutkan bahwa pada tahun lalu, jumlah korban dan nilai kartu kredit yang dicuri identitasnya cenderung stabil pada tahun lalu.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat ini menemukan sebanyak 131,1 juta penduduk AS menjadi korban pencurian identitas di 2015. Jumlah ini naik 3% dibanding 2014. Sementara nilai kartu kredit yang dicuri turun 6% menjadi USD 15 miliar, atau yang terkecil dalam lima tahun terakhir.
Nah, ketika pemerintah AS menerapkan kebijakan penggunaan kartu berteknologi chip terbaru yang disebut kartu EMV, para pencuri identitas di kartu kredit juga mengganti strateginya.
Jika pada 2014 lalu 50% kartu kredit curian digunakan untuk belanja di toko tradisional (toko fisik), maka di 2015 terjadi penurunan menjadi 46%. Tapi, penggunaan untuk belanja online jadi naik menjadi 42% dari sebelumnya 37%.
Para penjahat pencuri kartu kredit kini juga enggan membajak satu kartu saja. Mereka lebih memilih menggunakan nomor Social Security (seperti nomor KTP) untuk mengakses beberapa kartu kredit baru.
Seperti dikutip dari NBC News, Javelin menemukan bahwa akun penipuan baru meningkat 113% di 2015, yang mencapai porsi 20% dari total kerugian akibat penipuan tersebut. Studi Javelin menyebutkan, cara penipuan baru ini memiliki dampak lebih mahal dan lebih tinggi.
Nah, bagi Anda yang memiliki kartu kredit, apa yang harus dilakukan agar terhindar dari kejahatan terbaru tersebut? Javelin menyarankan beberapa hal.
Pertama, amankan mobile device Anda. Terutama jika smartphone atau tablet Anda dicuri. Kedua, biasakanlah menggunakan password yang kuat dan unik. Gunakan password manager untuk melakukannya.
Ketiga, gunakan notifikasi akun melalui SMS atau email. Dengan demikian, Anda bisa tahu apa yang terjadi dengan akun Anda secara real time. Keempat, selalu ikuti perkembangan kasus pencurian data. Kelima, cari bantuan secepatnya jika terdeteksi pencurian untuk meminimalisir angka pencurian. [VP/HBS]