Masa Depan Semikonduktor Indonesia: Fokus pada Desain Chip dan Transfer Teknologi

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Di tengah persaingan global yang semakin ketat, Indonesia mulai mengambil langkah strategis untuk masuk ke industri semikonduktor. Namun, alih-alih terjun langsung ke manufaktur chip yang membutuhkan investasi besar, negeri ini memilih fokus pada desain chip sebagai pintu masuk awal. Mengapa pilihan ini dianggap paling realistis, dan bagaimana kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah bisa menjadi kunci sukses?

Kebutuhan global terhadap teknologi chip semikonduktor terus melonjak, didorong oleh perkembangan pesat di bidang kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan komputasi kuantum. Menyadari potensi ini, Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Perekonomian, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Perindustrian mulai membangun ekosistem semikonduktor nasional. Tantangannya? Rantai pasok yang kompleks, teknologi tinggi, dan biaya investasi yang fantastis.

Inisiatif ini melahirkan Konsorsium Chip Design Indonesia, dipimpin oleh Prof. Trio Adiono dari ITB, dengan dukungan industri seperti Polytron. Kolaborasi ini kemudian membentuk Indonesia Chip Design Collaborative Center (ICDeC)—sebuah wadah nirlaba yang menghimpun 16 universitas ternama di Indonesia, termasuk ITB dan Universitas Prasetiya Mulya.

Desain Chip: Pintu Masuk yang Paling Realistis

“Dunia akademik Indonesia memilih untuk memfokuskan langkah awal pada desain chip, bidang yang memiliki barrier entry lebih rendah dibandingkan aspek semikonduktor lainnya,” jelas Permata Nur Miftahur Rizki, Ph.D., Ketua Bidang Kerjasama dan Kolaborasi ICDeC. Pendekatan ini dinilai lebih feasible mengingat Indonesia belum memiliki infrastruktur manufaktur chip canggih seperti Taiwan atau Korea Selatan.

Sebagai perbandingan, membangun pabrik semikonduktor membutuhkan investasi puluhan miliar dolar dan teknologi ultra-presisi. Sementara desain chip lebih mengandalkan keahlian SDM dan kolaborasi riset. Langkah ini mirip dengan strategi AS yang baru-baru ini memberikan hibah besar ke Samsung untuk meningkatkan produksi chip di dalam negeri.

Kolaborasi Global untuk Transfer Teknologi

ICDeC tidak bekerja sendirian. Melalui delegasi yang dipimpin Prof. Trio Adiono pada Mei 2025, Indonesia menjajaki kemitraan strategis dengan pemain global seperti:

  • IMEC (Belgia): Pusat riset nanoelektronik terbesar di dunia.
  • ASML (Belanda): Produsen peralatan semikonduktor paling canggih.

Kolaborasi ini diharapkan membuka akses transfer teknologi dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global. “Ini bukan sekadar proyek jangka pendek, tapi investasi untuk membangun SDM unggul di bidang semikonduktor,” tambah Permata Nur.

Kurikulum Berbasis Semikonduktor untuk SDM Masa Depan

Universitas Prasetiya Mulya melalui Program Studi Artificial Intelligent Robotics (AIR) sudah menyiapkan kurikulum berbasis semikonduktor. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi juga berkolaborasi dengan kampus seperti ITB, UI, dan UGM, serta mendapat pengalaman internasional di Taiwan, Belanda, dan Belgia—negara-negara dengan kekuatan industri chip terdepan.

Pendekatan ini sejalan dengan tren global di mana teknologi high-tech semakin membutuhkan integrasi antara hardware dan software. Dengan fokus pada desain chip, Indonesia berpeluang menciptakan produk-produk inovatif yang sesuai kebutuhan lokal, sekaligus bersaing di pasar global.

Langkah Indonesia mungkin masih jauh dibandingkan raksasa seperti China yang baru saja menggelontorkan dana Rp763 triliun untuk industri chip. Namun, dengan strategi bertahap dan kolaborasi multidisiplin, bukan tidak mungkin negeri ini suatu hari nanti bisa berdiri sejajar dengan pemain utama di industri semikonduktor dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI