Telset.id, Jakarta – Ada kabar kurang enak untuk para pemegang kartu Mastercard, terutama yang berdomisili di wilayah Amerika Serikat (AS). Kabarnya Google diam-diam telah membeli data pengguna Mastercard di negara pimpinan Donald Trump itu untuk menautkan iklan online mereka.
Menurut laporan Bloomberg yang dilansir The Verge, Jumat (31/8/2018), Google bisa melacak kebiasaan transaksi offline pelanggan lewat iklan online selama setahun terakhir.
Disebutkan bahwa kesepakatan rahasia antara kedua perusahaan itu (Google dan Mastercard) dibantu oleh pihak ketiga setelah empat tahun melakukan negosiasi.
Baik Google maupun Mastercard tidak mengumumkan kemitraan mereka secara terbuka. Kedua perusahaan juga tidak memberi tahu pelanggan bahwa pembelian yang dilakukan di toko secara offline sedang dilacak Google.
Raksasa mesin pencarian itu dapat melacak melalui sejarah pembelian Mastercard dan dihubungkan dengan interaksi iklan online. Alasannya data tersebut dianonimkan untuk melindungi informasi identitas pribadi.
Google dilaporkan membayar jutaan dolar pada Mastercard untuk data tentang apa yang telah dibeli pelanggannya. Mereka menggunakan data untuk membuat alat pengiklan yang akan mengetahui apakah orang yang telah mengklik iklan online kemudian membeli produk di toko ritel fisik.
Baca juga: Google Klarifikasi soal Pelacakan Lokasi Pengguna
Bloomberg melaporkan secara detail bagaimana proses itu berjalan. Ini dimulai dengan pelanggan masuk ke akun Google di web yang mengklik iklannya. Kemudian pelanggan akan menelusuri item tertentu, tetapi tidak membelinya.
Jika pelanggan menggunakan MasterCard untuk membeli barang tersebut di toko fisik dalam 30 hari, maka Google akan mengirimkan kepada pengiklan laporan tentang produk itu dan keefektifan iklannya, dengan bagian untuk pendapatan offline yang mencantumkan penjualan ritel.
Ini adalah upaya terbaru Google untuk melihat seberapa efektif iklannya dalam memengaruhi perilaku pembelian offline.
Google pernah menyediakan pengiklan dengan data riwayat lokasi yang diambil dari Google Maps dan titik data yang lebih rinci lainnya yang dikumpulkan oleh sistem operasi Android-nya. Tetapi data itu tidak pernah menunjukkan apakah seorang pelanggan benar-benar membeli suatu produk.
Baca juga: Google Dituntut karena Kumpulkan Lokasi Pengguna Tanpa Izin
Juru bicara Google mengklaim sebelum meluncurkan produk beta ini tahun lalu, mereka membangun teknologi enkripsi baru, double-blind, yang mencegah mereka dan mitra melihat informasi identitas pribadi dari masing-masing pengguna.
“Kami tidak memiliki akses ke informasi pribadi apa pun dari kartu kredit dan debit mitra kami. Kami juga tidak membagikan informasi pribadi apa pun dengan mitra kami. Pengguna Google dapat memilih keluar dengan kontrol Aktivitas Web dan Aplikasi mereka, kapan saja,” kata Google.
Senada dengan Google, Mastercard mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui item individual yang dibeli konsumen dalam keranjang belanja mereka, baik fisik atau digital.
Lebih jauh Mastercard juga mengklaim tidak ada data transaksi individu yang disediakan, sehingga memberikan harapan privasi dari konsumen dan pedagang di seluruh dunia.
Baca juga: Kongres Bakal Cecar Apple dan Google soal Data Pengguna
“Dalam memproses transaksi, kami melihat nama pengecer dan jumlah total pembelian konsumen, tetapi bukan barang spesifik,” tukas Mastercard.
Mastercard mengungkapkan bahwa perusahaan berbagi data agregat dan anonim, seperti ukuran tiket dan volume penjualan rata-rata pedagang, dengan pedagang dan penyedia layanan mereka. Hal ini membuat mereka memiliki metrik untuk mengukur efektivitas kampanye iklan mereka.
Praktek “memata-matai” yang dilakukan Google ini memang sangat disayangkan, namun Anda sebenarnya bisa mencegah aksi pelacakan Google tersebut.
Caranya supaya tidak terlacak Google, Anda harus menonaktifkan Aktivitas Web dan Aplikasi, yang diaktifkan secara default.
Anda juga bisa bisa mengontrol apakah Google dapat menentukan koordinat GPS Anda secara tepat melalui data Peta, dan penelusuran peramban dan apakah itu dapat mencocokkan antara pembelian offline dengan aktivitas terkait iklan online Anda. [WS/HBS]
Sumber: The Verge