Telset.id – Siapa sangka, di tengah dinamika ekonomi global yang fluktuatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) justru mencatatkan prestasi gemilang sebagai penyumbang terbesar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di antara seluruh kementerian dan lembaga pada kuartal pertama 2025. Bagaimana sektor digital bisa mengungguli sektor-sektor tradisional seperti migas dan pertambangan?
Data resmi yang dirilis Senin (1/4/2025) menunjukkan, dari total PNBP kementerian/lembaga sebesar Rp29,7 triliun, Kemkominfo menyumbang Rp3,25 triliun atau sekitar 10,9%. Angka ini melampaui kontribusi Kementerian Perhubungan (Rp3,16 triliun) dan Kementerian Imigrasi (Rp2,22 triliun). “Ini buah dari kerja keras tim dan bukti bahwa transformasi digital kita sudah pada jalur yang tepat,” tegas Menteri Komunikasi dan Informatika Meutya Hafid.
Digitalisasi sebagai Mesin Pertumbuhan Baru
Pencapaian ini bukan sekadar angka di atas kertas. Ia mencerminkan kematangan ekosistem digital Indonesia yang mulai berbuah manis. Sektor komunikasi dan digital kini tak lagi dipandang sebagai pendukung, melainkan penyangga utama penerimaan negara non-pajak.
Suahasil Nazara, Pelaksana Harian Dirjen Anggaran Kemenkeu, menggarisbawahi, “71,7% PNBP K/L terkonsentrasi di 10 kementerian. Ini menunjukkan betapa vital peran kementerian teknis dalam menopang keuangan negara.” Pernyataan ini semakin mengukuhkan posisi Kemkominfo sebagai garda terdepan ekonomi digital.
Baca Juga:
Dekonstruksi Sumber PNBP Digital
Lalu dari mana saja kontribusi Kemkominfo? Analisis Telset.id mengungkap beberapa sumber utama:
- Frekuensi radio dan spektrum telekomunikasi
- Layanan sertifikasi dan registrasi digital
- Pemanfaatan aset telekomunikasi negara
- Pendapatan dari proyek-proyek smart city
Fakta menariknya, pertumbuhan ini sejalan dengan lompatan transaksi e-commerce yang mencapai 90% seperti dilaporkan dalam kerja sama Tokopedia dan TikTok Shop. “Ini bukti sinergi antara infrastruktur digital dengan ekonomi kreatif,” tambah Meutya.
Tantangan di Balik Angka Gemilang
Meski patut diapresiasi, pencapaian ini justru harus menjadi alarm. Dengan kontribusi 10,9%, apakah Kemkominfo sudah optimal? Bandingkan dengan potensi sektor migas yang masih menyumbang 20,6% dari total PNBP nasional.
Pakar ekonomi digital dari Universitas Indonesia, Prof. Arief Budiman, mengingatkan, “Kita baru di permukaan. Masih banyak potensi digital yang belum tergali, mulai dari pajak platform hingga monetisasi data.” Pernyataan ini sejalan dengan tren global dimana negara-negara mulai mengoptimalkan pajak ekonomi digital.
Baca Juga:
Di tengah pencapaian ini, laporan dari Samsung tentang tantangan di kuartal pertama 2025 mengingatkan kita bahwa sektor teknologi tetap rentan terhadap gejolak global. Namun dengan fondasi yang kuat, ekonomi digital Indonesia tampaknya siap menghadapi tantangan tersebut.
Pertanyaan besarnya sekarang: Bisakah Kemkominfo mempertahankan momentum ini? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana kita memanfaatkan gelombang digitalisasi berikutnya – 5G, AI, dan komputasi kuantum – bukan sekadar sebagai konsumen, tapi sebagai produsen nilai tambah.