Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) mendorong para lulusan program AI Talent Factory untuk memiliki daya saing kuat di tengah persaingan global pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Upaya ini dilakukan melalui pendekatan pembelajaran khusus yang dirancang untuk menjawab kebutuhan industri dan tantangan masa depan.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, menegaskan pentingnya peningkatan kualitas talenta digital Indonesia. “Kita ingin melakukan leveling up terhadap kemampuan digital talent kita pada hari ini agar bisa berkompetisi, mempunyai daya saing yang cukup kuat, di tengah gencarnya dinamika pengembangan teknologi AI di dunia,” ujar Nezar usai memberikan arahan dalam acara AI Talent Day & Graduation 2025 di Jakarta, Rabu (18/12/2025).
Program AI Talent Factory dirancang dengan pendekatan “triple C” yang terdiri dari (C)omplete, (C)onnect, dan (C)reate. Modul pembelajaran dalam program ini terus diperbarui dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi AI terkini. Tujuannya, agar mahasiswa dapat langsung menyesuaikan diri dan memenuhi kebutuhan industri setelah menyelesaikan pendidikan.
Nezar berharap ilmu yang didapatkan tidak berhenti di ruang kuliah. Mahasiswa diharapkan mampu menghadirkan berbagai solusi dengan intervensi teknologi AI untuk menjawab tantangan dalam kehidupan sehari-hari. “Kami berharap pendidikan ini bukan menjadi tujuan akhir, tapi menjadi titik awal bagi generasi muda kita untuk bisa semakin bergairah mendalami teknologi baru ini,” tambahnya.
Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi dan Target Jangka Panjang
Untuk memperluas jangkauan program, Kemkomdigi telah menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas ternama. Saat ini, program AI Talent Factory sudah berjalan di Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Nezar mengungkapkan, beberapa universitas lain akan segera menyusul untuk membentuk program serupa.
Lulusan program ini diharapkan tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Nezar berharap mereka dapat memperkuat kebutuhan talenta digital Indonesia dan menyokong proyeksi pertumbuhan ekonomi digital pemerintah hingga 2029.
Harapan ini muncul di tengah proyeksi kebutuhan talenta digital Indonesia yang mencapai 12 juta orang pada 2030. Sayangnya, data saat ini menunjukkan Indonesia baru memiliki sekitar 9,3 juta talenta digital yang tersedia, sehingga masih mengalami defisit sekitar 3 juta orang. Program seperti AI Talent Factory menjadi salah satu strategi krusial untuk menutup kesenjangan tersebut.
Baca Juga:
Persaingan di bidang teknologi, termasuk AI, memang semakin ketat di kancah global. Inovasi dan peluncuran produk baru dari berbagai perusahaan teknologi dunia terus berlangsung cepat, menciptakan pasar yang dinamis. Beberapa brand besar seperti Honor dengan Magic 8 Pro, Oppo dengan Reno 15 series, dan Poco dengan F8 series terus memperluas jangkauan global mereka, menunjukkan betapa cepatnya lanskap teknologi berubah.
Dalam konteks ini, kemampuan adaptasi dan inovasi menjadi kunci. Program AI Talent Factory tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada kemampuan mencipta (Create) dan menghubungkan (Connect) ilmu dengan masalah nyata. Pendekatan ini dianggap vital untuk membekali lulusan agar tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang dapat bersaing di tingkat internasional.
Upaya Kemkomdigi melalui AI Talent Factory merupakan bagian dari strategi besar membangun sovereign AI atau kedaulatan AI Indonesia. Dengan mencetak talenta dalam negeri yang mumpuni, diharapkan ketergantungan pada talenta asing dapat dikurangi dan Indonesia dapat lebih mandiri dalam mengembangkan serta mengadopsi teknologi AI untuk kepentingan nasional.

