Telset.id, Jakarta – Potensi industri di Indonesia sebenarnya masih sangat tinggi untuk bersaing di tingkat regional dan global, karena kaya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Sayangnya petensinya belum bisa dimanfaatkan maksimal karena berbagai faktor, khususnya dari sisi aplikasi teknologi digital.
Presiden JDA Software Group Inc Amit Bagga mengaku cukup miris melihat sistem yang diterapkan pada hampir seluruh pabrik di Indonesia, karena masih mengandalkan “kertas” untuk kegiatan operasionalnya.
Padahal, sistem tradisional itu dinilai tidak mampu menangani dinamika industri saat ini yang menuntut efisiensi tinggi dalam segala aspek.
“Di sini semua pabrik masih paperbase, jadi antar bagian tidak terkoneksi. Kami tidak tahu data permintaan berapa dan inventaris barang berapa, jadi belum ada sistem dan analisisnya dan menimbulkan hambatan di tiap divisi,” ujar Amit dalam acara JDA Day di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Baca juga: Gawat! Pabrik Pesawat Boeing Diserang WannaCry
Ketimpangan teknologi ini seakan menjadi masalah klasik di sektor industri nasional, yang membuat perusahaan sulit berkembang dan bersaing. Padahal, lanjut dia, digitalisasi sistem perusahaan akan membuat operasional perusahaan lebih mudah dipantau dan dikendalikan.
Tapi pabrikan jangan asal mencaplok sistem digital untuk sekedar mengejar perkembangan teknologi, Penggunaan sistem pintar yang bisa memahami berbagai kendala operasional hingga manajemen akan bisa memperbaiki perusahaan dalam jangka panjang sehingga lebih sehat dan tahan lama.
“Dengan mempergunakan data dari berbagai sumber seperti di media sosial dan internet, kami bisa memprediksi permintaan. Jika kelebihan stok akan membebani pengeluaran perusahaan. Sebaliknya jika kekurangan stok barang bisa mengecewakan konsumen dan itu dampaknya bisa fatal kedepan,” jelas dia.
Sementara itu, Pimpinan Dematec Gang Eng Tec mengatakan, salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja industri adalah dengan menerapkan otomatisasi di pabrik.
Ia menyebutkan, tujuannya bukan untuk menghilangkan peran pekerjanya, namun untuk meminimalkan kerugian jika para pekerja tak mampu menangani permintaan yang semakin meningkat.
Dia mencontohkan kantor pos Indonesia yang sudah melakukan otomasi untuk operasionalnya, agar pengiriman barang lebih cepat dan tidak nyasar. Otomasi ini juga bisa mengurangi waktu pembuatan pembuatan dan pengiriman produk ke pasar.
“Labor masih diperlukan walau sudah melakukan otomasi, karena tujuannya untuk melayani permintaan yang semakin tinggi,” pungkas dia. [WS/HBS]