JAKARTA – Rumor masuknya raksasa e-commerce B2C (Business to Consumer) asal Tiongkok, JD.com, ke Indonesia tampaknya bukan cuma isapan jempol, bahkan bisa jadi kehadirannya di pasar e-commerce Indonesia sudah semakin dekat.
Hal ini terungkap setelah beberapa artis dan pengguna Twitter mengunggah foto-foto mereka dengan backdrop logo JD.ID pada sebuah acara, Selasa 20 Oktober 2015 lalu. JD sepertinya menjadi sponsor untuk acara tersebut.
Akan masuknya JD di Indonesia sudah tercium sejak beberapa minggu lalu lewat tip “coming soon” di laman www.jd.id dan beberapa aktivitas mereka di jejaring social. Namun hingga saat ini memang belum ada informasi resmi kapan mereka akan membuka layanannya di Indonesia.
Mengutip dari Fanpage di Facebook JD.id, nampak portal ini tengah melakukan sosialisasi terhadap layanannya dengan #LetsMakeJoyHappen. Diterangkan bahwa, sebagai perusahaan berbasis teknologi, JD.id akan hadir dengan situs web dan aplikasi mobile yang user-friendly untuk memberikan pengalaman belanja online yang menyenangkan.
Masih dari laman Fanpage itu, dinyatakan salah satu keunggulan layanan JD.id nantinya adalah bisa melakukan Cash on Delivery di kota tertentu hingga Rp 40 juta. Fanpage ini nampak baru di-update pada 8 September 2015 lalu.
JD.com bersiap memasuki pasar Indonesia dengan memakain nama domain JD.id. Dan jika nanti JD.com benar-benar masuk Indonesia, maka mereka bakal menjadi layanan e-commerce berikutnya, setelah AliExpress, yang meluncurkan situs lokal.
Belum ada informasi yang jelas kapan JD.id bakal meluncurkan layanannya. Namun dapat dipastikan JD.id akan menyasar pasar consumer electronics, terutama gadget, yang menjadi bisnis intinya di Tiongkok. Pelambatan ekonomi yang dialami Tiongkok tahun ini, diduga sebagai pendorong mereka untuk melebarkan bisnisnya di Indonesia.
JD.com atau yang juga dikenal sebagai Jingdong Mall, adalah layanan e-commerce yang sudah go public di bursa NASDAQ dan telah meluncurkan layanan internasional sejak tahun 2012. Didirikan oleh Richard Liu, JD.com adalah salah satu layanan e-commerce B2C terbesar di Tiongkok dari sisi volume penjualan.
Pada tahun 2014 lalu, pendapatan JD.com mencapai USD 18,5 miliar, dengan total jumlah karyawan mencapai lebih dari 62 ribu orang. Salah satu raksasa internet Tiongkok lainnya, Tencent memiliki 15% saham JD.com, dan memanfaatkannya sebagai saluran penjualan mobile games.
Di Indonesia, nama JD memang belum sepopuler Amazon atau eBuy. Padahal secara revenue, JD.com tercatat sebagai perusahaan internet ketiga terbesar di dunia, dibelakang Amazon dan Google.
Pasar e-commerce Indonesia yang diprediksi bernilai USD 25 milyar pada tahun 2016, tampaknya membuat JD.com ingin ikut meramaikan ranah yang sedang panas ini. Sekaligus akan bersaing dengan e-commerce global lain yang sebelumnya sudah masuk Indonesia, seperti Lazada, eBuy dan Qoo10. Kita nantikan sepak terjang JD.com di Indonesia. [HBS]