Bayangkan Anda sedang menimbang-nimbang untuk membeli iPhone baru, tiba-tiba kabar mengejutkan muncul: harga ponsel impor dari China bakal melambung tinggi. Apa yang akan Anda lakukan? Ternyata, ribuan penggemar Apple di Amerika Serikat memilih untuk bertindak cepat—mereka membanjiri toko-toko resmi sebelum kebijakan tarif Presiden Donald Trump benar-benar berlaku.
Lonjakan pembelian ini bukan tanpa alasan. Trump baru-baru ini mengumumkan rencana kenaikan tarif impor produk China hingga 104 persen, menyasar barang-barang elektronik termasuk iPhone. Sebagai perangkat yang mayoritas diproduksi di Negeri Tirai Bambu, iPhone diprediksi akan mengalami kenaikan harga signifikan begitu kebijakan ini diterapkan. Analis pasar memperkirakan, kenaikan bisa mencapai ratusan dolar per unit—angka yang cukup membuat konsumen panik.
Fenomena unik pun terjadi. Sepanjang akhir pekan lalu, Apple Store di berbagai kota AS dipadati pembeli yang berburu iPhone sebelum harga melambung. Laporan dari dalam toko mengungkapkan suasana mirip musim liburan, meski tanpa antrean ekstrem seperti saat peluncuran produk baru. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana dampaknya bagi pasar teknologi global?
Kepanikan Konsumen: Antisipasi Kenaikan Harga
Menurut pengakuan karyawan Apple yang diwawancarai Business Times, hampir setiap pelanggan yang datang menanyakan dua hal: “Apakah harga akan naik?” dan “Kapan tepatnya kenaikan itu berlaku?” Seorang pegawai di toko Apple New York menggambarkan situasi ini sebagai “gelombang pembeli yang datang dengan panik dan penuh pertanyaan.”
Ambar De Elia, salah satu pembeli asal Buenos Aires yang sedang berkunjung ke AS, bercerita bahwa ia memajukan rencana pembelian iPhone 15 untuk adiknya. “Saya membaca berita tentang gejolak Wall Street dan tarif ini. Kalau bisa beli sekarang dengan harga normal, kenapa menunggu?” ujarnya. Sentimen serupa tampaknya diikuti oleh banyak konsumen lain, terutama mereka yang sudah lama mengincar model tertentu.
- Faktor Ketidakpastian: Tidak ada kepastian resmi dari Apple soal rencana penyesuaian harga, memicu spekulasi dan aksi cepat konsumen.
- Psikologi “Fear of Missing Out” (FOMO): Ketakutan kehilangan kesempatan beli dengan harga saat ini mendorong keputusan impulsif.
- Dampak Jangka Pendek: Beberapa toko melaporkan peningkatan penjualan hingga 30% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Dampak Tarif Trump pada Industri Teknologi
Kebijakan tarif Trump bukan hanya soal iPhone. Ini adalah bagian dari perang dagang AS-China yang telah berlangsung sejak 2018. Namun, eskalasi terbaru—dengan kenaikan hingga 104 persen—berpotensi mengacaukan rantai pasok global. Apple, yang bergantung pada pabrik-pabrik di China seperti Foxconn, mungkin akan menghadapi dua pilihan sulit: menaikkan harga atau menyerap sebagian biaya tambahan.
Bocoran internal menyebut Apple telah mengirim lima pesawat kargo penuh iPhone dari China dan India ke AS dalam sepekan terakhir, diduga untuk mengamankan stok sebelum tarif berlaku. Langkah ini menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mengantisipasi gangguan pasokan. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: Akankah Apple mempertahankan harga atau justru menggeser produksi ke negara lain?
Para analis memprediksi beberapa skenario yang mungkin terjadi:
- Kenaikan Harga Bertahap: Apple bisa menerapkan kenaikan parsial untuk model tertentu, terutama varian premium seperti iPhone Pro.
- Percepatan Diversifikasi Produksi: Ekspansi pabrik di India dan Vietnam mungkin dipercepat untuk mengurangi ketergantungan pada China.
- Strategi Diskon Terselubung: Memberikan trade-in atau paket bundling untuk menjaga minat beli.
Apa yang Harus Dilakukan Konsumen?
Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan pembelian iPhone, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pantau perkembangan resmi dari Apple melalui website atau pengumuman investor. Kedua, bandingkan harga di berbagai platform—retailer pihak ketiga mungkin masih menawarkan harga lama untuk stok yang sudah ada. Terakhir, pertimbangkan untuk membeli model refurbished atau generasi sebelumnya jika anggaran terbatas.
Fenomena “panic buying” ini mengingatkan kita pada satu hal: dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian geopolitik, konsumen seringkali menjadi pihak yang paling rentan. Kabar baiknya? Setidaknya, para Apple fanboy bisa sedikit bernapas lega—setelah berhasil membawa pulang iPhone impian mereka sebelum harga mungkin melonjak.