Telset.id, Jakarta – YouTube memperpanjang masa penangguhan channel milik mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Perpanjangan penangguhan setidaknya selama satu minggu lagi.
Menurut laporan New York Post, seperti dikutip Telset, Jumat (22/1/2021), YouTube memperpanjang penangguhan channel Donald Trump dengan alasan berpotensi memicu kekerasan seperti di Capitol.
Dengan ekstensi penangguhan dari YouTube, 2,79 juta subscriber channel Donald Trump tidak akan dapat berkomentar di bawah video. Selama masa penangguhan juga, Trump masih dilarang meng-upload konten baru.
“Mengingat kekhawatiran tentang potensi kekerasan yang sedang berlangsung, saluran Donald J Trump akan dicegah untuk meng-upload video baru atau streaming selama minimal tujuh hari,” kata YouTube.
{Baca juga: Susul Twitter, Giliran Snapchat Hapus Akun Donald Trump}
YouTube kali pertama melarang channel Trump dan menghapus konten di dalamnya karena khawatir akan mengakibatkan kekerasan. Namun, YouTube tidak mengklarifikasi video mana yang melanggar kebijakan.
Perusahaan teknologi lain, termasuk Twitter dan Facebook, juga telah melarang Trump mengunggah konten baru setelah terjadi kerusuhan di Capitol Hill, yang menewaskan lima orang pada 6 Januari 2021 lalu.
Tak hanya Twitter dan Facebook, Snapchat pun melarang akun Trump. Gara-gara larangan berjemaah dari perusahaan media sosial, Trump berencana untuk beralih mengunakan platfom lain, semisal Parler.
Ya, mantan orang nomor 1 di Amerika Serikat itu kabarnya berniat membikin akun Parler dengan nama samaran “Person X”. Trump sudah merencanakannya sejak Oktober tahun lalu.
Hal itu diungkapkan oleh CEO Parler, John Matze. Gara-gara hal tersebut, Amazon Web Services memutuskan untuk mem-boot Parler dari server sehingga membuat Parler berada dalam krisis eksistensial.
{Baca juga: Diblokir Twitter dkk, Trump Bikin Akun Parler Pakai Nama “Person X”}
“Berdasarkan interaksi saya dengan orang dalam, Amazon Web Services menolak Presiden Trump eksis di layanan media sosial mana pun,” kata Matze.
Unit komputasi awan Amazon itu memaksa Parler offline pada awal pekan lalu. Alasannya, Amazon khawatir tentang kegagalan Parler untuk menindak ancaman kekerasan yang diposting pengguna setelah kerusuhan di Capitol.
“Aplikasi Parler, yang telah dihapus dari toko aplikasi App Store dan Play Store, telah diunduh sekitar satu juta kali per hhari sebelum Amazon Web Services memutuskan mengambil tindakan,” demikian klaim Matze. (SN/MF)