Work Relationship Index HP: 72% Pekerja Indonesia Tak Bahagia di Kantor

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan: setiap pagi, 7 dari 10 profesional di Indonesia bangun dengan perasaan enggan menuju tempat kerja. Ini bukan skenario fiksi, melainkan tempaan mengejutkan dari Work Relationship Index (WRI) 2025 HP yang baru saja dirilis. Studi global ini mengungkap fakta pilu: hanya 28% knowledge worker Indonesia yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan mereka—turun drastis 16 poin dari tahun sebelumnya.

Penurunan terbesar secara global ini seharusnya menjadi alarm bagi setiap pemimpin bisnis di tanah air. Namun di balik data suram tersebut, tersimpan optimisme teknologi yang justru membuka jalan keluar. Sebanyak 89% pekerja Indonesia percaya bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman kerja mereka. Bahkan, Indonesia memimpin adopsi AI dengan 94% knowledge worker telah menggunakan teknologi ini dan 50% di antaranya menggunakannya setiap hari—angka tertinggi di antara 14 negara yang disurvei.

Lalu di mana letak paradoksnya? Mengapa di tengah tingginya adopsi teknologi, kepuasan kerja justru merosot tajam? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana organisasi mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam budaya kerja mereka.

Tekanan Kerja yang Kian Membelenggu

WRI 2025 HP menunjukkan peningkatan ekspektasi dan tekanan yang lebih tinggi di tempat kerja Indonesia. Lebih dari 8 dari 10 karyawan kantoran mengalami perubahan besar di tempat kerja selama setahun terakhir, dengan 32% di antaranya terdampak kebijakan wajib kembali ke kantor. Yang lebih memprihatinkan, 37% pekerja merasa perusahaan mereka lebih mengutamakan profit dibandingkan kesejahteraan karyawan, sementara 68% menyatakan tuntutan dan ekspektasi perusahaan terhadap mereka semakin bertambah.

“Ini seperti berlari di treadmill yang terus dipercepat,” kata seorang analis HR yang enggan disebutkan namanya. “Karyawan dituntut berproduktivitas lebih tinggi dengan sumber daya yang seringkali tidak memadai, sementara dukungan emosional dan pengembangan diri justru berkurang.”

AI: Penyelamat atau Penambah Beban?

Di tengah tekanan kerja yang kian membelenggu, kecerdasan buatan muncul sebagai harapan baru. Data WRI HP mengungkap korelasi menarik: 64% pekerja Indonesia yang melaporkan memiliki hubungan kerja sehat ternyata menggunakan alat AI yang disediakan perusahaan setiap hari. Ini menunjukkan bahwa AI bukan sekadar tren, melainkan solusi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan kerja.

Namun, adopsi AI saja tidak cukup. Studi ini menemukan bahwa 85% faktor yang memengaruhi hubungan karyawan dengan pekerjaan sebenarnya berada dalam kendali organisasi—mulai dari kepemimpinan hingga akses terhadap alat yang tepat. Karyawan lebih dari dua kali lebih mungkin memiliki hubungan kerja sehat ketika dilengkapi alat dan teknologi yang sesuai. Kemungkinan ini bahkan meningkat hingga lima kali lipat ketika karyawan melihat perusahaan secara aktif berinvestasi pada pengembangan mereka.

Inovasi terbaru HP dalam gelaran Amplify 2025 menunjukkan komitmen serius dalam menjawab tantangan ini. Portofolio PC berbasis AI, perangkat kolaborasi Poly, dan berbagai solusi terintegrasi dirancang khusus untuk mengurangi beban kerja dan meningkatkan kenyamanan.

Strategi OneHP: Jembatan Menuju Masa Depan Kerja yang Lebih Manusiawi

HP menjawab kebutuhan mendesak ini melalui strategi OneHP yang menyatukan seluruh portofolio—dari PC berbasis AI, perangkat kolaborasi Poly, periferal, hingga solusi dan layanan—ke dalam satu ekosistem terintegrasi. Pendekatan ini dirancang khusus untuk gaya hidup hybrid masa kini dan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang.

“Di HP, kami percaya bahwa ketika karyawan memiliki pengalaman kerja yang optimal, mereka akan menjadi lebih produktif dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan pekerjaannya,” tegas Juliana Cen, President Director HP Indonesia. “Itulah yang ingin kami wujudkan melalui OneHP—menciptakan teknologi yang mendukung kesejahteraan dan memperkuat koneksi antar manusia di tempat kerja.”

Beberapa inovasi utama yang diperkenalkan dalam strategi ini termasuk HP Workforce Experience Platform yang menghadirkan insight berbasis data, HP Smart Sense yang secara otomatis menyesuaikan kinerja perangkat, dan HP AI Companion yang membantu karyawan mengelola tugas dengan lebih efisien. Produk-produk bertenaga AI dari HP ini bukan sekadar gadget canggih, melainkan solusi holistik untuk masalah nyata di tempat kerja.

Yang menarik, pendekatan OneHP ini sejalan dengan temuan WRI bahwa teknologi berperan penting dalam membangun hubungan kerja lebih sehat. Inovasi HP di Amplify 2025 tidak hanya fokus pada performa teknis, tetapi juga pada pengalaman manusia yang menggunakan teknologi tersebut.

Laporan WRI HP 2025 ini seharusnya menjadi refleksi bagi setiap organisasi di Indonesia. Di era di mana talenta menjadi aset paling berharga, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan mental dan emosional karyawan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis. Teknologi seperti AI bukan musuh yang akan menggantikan manusia, melainkan sekutu yang dapat membebaskan kita dari beban kerja rutin dan menciptakan ruang untuk kreativitas dan inovasi yang sesungguhnya.

Pertanyaannya sekarang: apakah perusahaan Anda siap bertransformasi, atau akan tertinggal dalam perlombaan merebut hati dan pikiran talenta terbaik?

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI