Telset.id, Jakarta – TikTok saat ini telah menjadi salah satu platform media sosial yang digemari remaja. Tapi tahukah Anda bahwa ternyata ada dampak buruk yang bersembunyi di balik popularitas TikTok?
Berdasarkan dokumen dari gugatan hukum yang diajukan oleh Jaksa Agung Kentucky, terungkap bahwa TikTok secara sengaja merancang fitur-fiturnya agar memicu penggunaan kompulsif, terutama di kalangan remaja yang belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan pengendalian diri.
Hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental, yang semakin diperparah oleh kurangnya efektivitas alat manajemen waktu yang disediakan oleh aplikasi tersebut.
BACA JUGA:
- Kembali Beroperasi, Ini Cara Belanja di TikTok Shop Indonesia
- TikTok Hadirkan Spotlight Untuk Identifikasi film dan acara TV
Penelitian internal TikTok mengungkap bahwa penggunaan kompulsif aplikasi ini berhubungan erat dengan masalah kesehatan mental seperti hilangnya keterampilan analitis, pembentukan memori, hingga meningkatnya kecemasan.
Selain itu, remaja yang kecanduan TikTok cenderung mengalami gangguan tidur, kehilangan fokus dalam tugas sekolah atau pekerjaan, serta terganggunya hubungan sosial, termasuk dengan keluarga.
Meskipun TikTok telah memperkenalkan alat pengatur waktu yang membatasi penggunaan aplikasi hingga 60 menit per hari, kenyataannya, remaja tetap menghabiskan waktu rata-rata 107 menit per hari di platform tersebut.
Ini menunjukkan bahwa alat tersebut tidak efektif dalam mengendalikan waktu layar, yang seharusnya membantu remaja agar tidak kecanduan. Pihak TikTok menyadari hal ini, tetapi mereka lebih fokus pada peningkatan citra publik daripada mengatasi masalah yang sebenarnya.
Tidak hanya itu, TikTok juga mengetahui adanya fenomena “filter bubble,” di mana pengguna terperangkap dalam konten yang semakin memperburuk kondisi mental mereka, seperti konten “painhub” dan “sadnotes” yang mempromosikan kesedihan dan rasa sakit.
Algoritma TikTok mendorong pengguna ke dalam filter bubble ini dalam waktu singkat, yaitu hanya 30 menit setelah penggunaan terus-menerus, dan hal ini berdampak buruk bagi remaja yang masih rentan terhadap konten semacam itu.
Masalah moderasi di TikTok juga menjadi perhatian. Internal TikTok menemukan bahwa gadis-gadis di bawah umur kerap dieksploitasi dengan menerima “hadiah” dan “koin” sebagai imbalan atas konten yang tidak pantas.
Moderasi konten juga dinilai lemah, di mana banyak video yang melanggar aturan tetap lolos dan tersebar luas, termasuk video yang menormalisasi kekerasan seksual dan fisik terhadap anak di bawah umur.
TikTok memang telah berupaya untuk meningkatkan fitur keamanannya, seperti pengaturan privasi untuk pengguna di bawah umur 16 tahun dan penghapusan akun pengguna di bawah umur. Namun, tantangan besar tetap ada, mengingat banyak konten yang tidak sesuai lolos dari pengawasan dan tetap tersebar di platform.
Harga yang dibayar oleh remaja akibat penggunaan TikTok bukan hanya dalam bentuk waktu yang hilang, tetapi juga kesehatan mental yang terpengaruh. Orang tua dan pengguna muda harus lebih waspada terhadap dampak buruk aplikasi ini, yang tidak hanya menarik dengan fitur-fitur serunya, tetapi juga bisa menjadi ancaman bagi perkembangan remaja.
BACA JUGA:
- Keren, Fitur “Sound Search” Tiktok Bisa Pakai Senandung
- iBooming dan TikTok Hadirkan Kolaborasi Bersama MCN
Dengan demikian, penting untuk selalu menggunakan aplikasi ini secara bijak dan dengan kontrol yang ketat agar dampak negatifnya bisa diminimalisir. Terutama bagi para remaja, sebaiknya aplikasi ini digunakan dalam batas wajar agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan kesehatan mental. [FY/IF]