Ubisoft Buka Sumber Alat Bantu Buta Warna untuk Pengembang Game

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan bermain game dengan warna yang tiba-tiba berantakan, membuat misi atau petunjuk penting nyaris tak terbaca. Itulah keseharian para gamer dengan buta warna. Kini, Ubisoft mengambil langkah besar untuk menjawab tantangan ini dengan membuka sumber alat bantu mereka, Chroma.

Perusahaan asal Prancis itu baru saja mengumumkan bahwa Chroma, alat simulasi buta warna internal mereka, kini tersedia secara open-source di GitHub. Alat ini dirancang sebagai “solusi satu atap” untuk mendeteksi masalah aksesibilitas terkait buta warna dalam game. Ini bukan sekadar gebrakan teknis, melainkan langkah humanis yang bisa mengubah cara industri game memandang inklusivitas.

Cara Kerja Chroma: Lebih dari Sekadar Filter

Chroma bekerja dengan melemparkan filter di layar game yang mensimulasikan berbagai jenis buta warna—mulai dari deuteranopia (kesulitan membedakan hijau-merah) hingga tritanopia (biru-kuning). Dengan ini, penguji bisa langsung melihat bagaimana pemain buta warna mengalami game mereka. Alat ini menggunakan algoritma Color Oracle yang sudah teruji dan mendukung setup layar tunggal maupun ganda.

Yang menarik, Chroma tidak sekadar jadi alat pasif. Pengembang bisa menyesuaikan overlay-nya, menggunakan hotkey untuk beralih antara mode, dan yang terpenting—semua ini berjalan tanpa mengganggu performa game. “Filter ini tidak akan mengurangi frame rate atau menambah latency,” tegas Ubisoft dalam rilis resminya.

Mengapa Langkah Ini Penting?

Perlu dicatat: Chroma bukan alat “penyembuh”. Ia tidak secara otomatis memperbaiki masalah buta warna dalam game. Namun, seperti kata pepatah lama, “tahu masalahnya adalah setengah jalan menuju solusi.” Dengan alat ini, developer bisa mengidentifikasi titik-titik kritis di mana desain mereka gagal menjangkau pemain buta warna—sebelum game tersebut dirilis ke publik.

Industri game mulai menyadari bahwa aksesibilitas bukan lagi fitur tambahan, melainkan kebutuhan dasar. Ubisoft bukan satu-satunya yang bergerak di ranah ini. EA baru-baru ini membuka sejumlah paten aksesibilitas mereka, termasuk teknologi untuk fotosensitifitas dan pengenalan suara. Tapi Chroma menawarkan sesuatu yang lebih konkret: alat yang langsung bisa dipakai hari ini oleh studio kecil maupun besar.

Bagi Anda yang penasaran, Chroma sudah tersedia untuk diunduh di GitHub. Ini kesempatan emas bagi developer lokal untuk menguji game mereka dengan standar aksesibilitas kelas dunia—tanpa biaya lisensi. Siapa tahu, mungkin inilah awal dari era baru game Indonesia yang benar-benar untuk semua orang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI