Telset.id, Jakarta – Saham Twitter di bursa perdagangan Jerman merosot delapan persen pada hari pertama setelah secara permanen menangguhkan akun Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat (8/1/2021) malam.
Perusahaan tersebut mengatakan, penangguhan akun Trump, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut, disebabkan oleh risiko kekerasan lanjutan setelah terjadi aksi penyerbuan Capitol pada hari Rabu (6/1/2021).
Menurut laporan Reuters, seperti dikutip Telset, Senin (11/1/2021), saham Twitter yang terdaftar di AS juga turun delapan persen pada perdagangan premarket pada Senin pagi waktu setempat.
Sekadar informasi, Twitter telah mengambil langkah tegas dengan memblokir akun resmi milik Trump. Kebijakan itu diambil lantaran postingan yang dibuat oleh Trump memicu aksi kekerasan di gedung Capitol AS.
{Baca juga: Twitter Blokir Permanen Akun Milik Donald Trump, Ini Penyebabnya}
“Setelah meninjau secara cermat cuitan terbaru dan konteks di sekitarnya, kami telah secara permanen menangguhkan akun akun @realDonaldTrump karena risiko hasutan lebih lanjut,” demikian jelas Twitter.
Cuitan yang dibuat Trump pada Jumat sore waktu setempat dianggap melanggar kebijakan perusahaan terkait kekerasan. Menurut juru bicara Twitter, terdapat dua cuitan Trump yang mendapat sorotan.
Pertama adalah cuitan Trump yang berbunyi, “75.000.000 Patriot Amerika Serikat yang hebat yang telah memilih saya, AMERICA FIRST, dan MAKE AMERICA GREAT AGAIN, akan memiliki SUARA BESAR pada masa depan”.
Cuitan kedua menunjukkan bahwa Trump tidak akan menghadiri pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS pada 20 Januari 2021 mendatang. “Saya tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari 2021,”kata Trump.
Sebelumnya dikabarkan bahwa beberapa jam setelah akun Twitter Donald Trump diblokir permanen, para pendukung fanatik Trump memutuskan untuk beramai-ramai meninggalkan platform media sosial itu.
“Selamat tinggal Twitter” menjadi tren di linimasa selama berjam-jam pada Sabtu (9/1/2021) waktu setempat karena ulah para pendukung Donald Trump. Mereka tidak terima Trump “dihukum” permanen oleh media sosial tersebut.
Meskipun tidak tahu persis berapa banyak pengguna Twitter yang keluar dan pindah ke media sosial lain, dikutip Telset dari New York Post, Minggu (10/1/2021), telah terjadi eksodus untuk platform alternatif sejak Trump dilarang.
{Baca juga: Pendukung Donald Trump Ramai-ramai Tinggalkan Twitter}
Gab, media sosial alternatif untuk kebebasan berbicara, mengaku mendapatkan 10.000 pengguna baru setiap jam pada Sabtu lalu. Beberapa saat setelah Trump dilarang Twitter, Parler bahkan sempat mengalami crash.
Kemungkinan, Parler eror karena mendapatkan banyak pengguna baru. Sebelum ribut-ribut antara Twitter dan Trump, Parler menjadi tempat populer bagi kaum konservatif dengan lebih dari dua juta pengguna aktif harian. [SBN/HBS]