Telset.id, Jakarta – Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO Telegram, telah menjadi sorotan publik setelah pihak berwenang Prancis menangkapnya pada 24 Agustus. Penangkapan CEO Telegram ini dilatarbelakangi oleh serangkaian tuduhan serius, menurut Jaksa Penuntut Republik Prancis.
Sebagai pengingat, beberapa hari lalu CEO Telegram secara tiba-tiba ditahan di bandara di wilayah Prancis, dan penangkapan ini cukup mengejutkan. Awalnya penangkapan ini adalah langkah penyelidikan terkait moderasi konten yang lemah dan kegagalan untuk menindak kegiatan kriminal di platform.
Namun, sekarang telah diketahui bahwa Durov diduga memiliki keterlibatan dalam mendistribusikan, menawarkan, atau menyediakan gambar-gambar pornografi anak di bawah umur dalam sebuah kelompok terorganisasi. Tuduhan ini muncul dari penyelidikan yudisial yang dimulai pada 8 Juli terhadap seorang individu yang identitasnya masih dirahasiakan.
BACA JUGA:
- Telegram Rilis Pernyataan Resmi Usai Penahanan Durov, Ini Bunyinya!
- Alasan Dibalik Penangkapan Bos Telegram di Perancis
Jaksa Penuntut Republik, Laure Beccuau, merinci 12 tuduhan yang dihadapkan kepada Durov, mulai dari pencucian uang, perdagangan narkoba, penipuan, hingga menjalankan platform daring yang memungkinkan transaksi ilegal serta kepemilikan pornografi anak.
Durov kini ditahan dan kemungkinan akan tetap di penjara hingga Rabu, 28 Agustus, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut dari kasus ini.
Penangkapan Durov memicu perdebatan luas tentang sejauh mana tanggung jawab para pemimpin teknologi atas aktivitas yang terjadi di platform mereka.
Telegram sendiri merespon dengan tegas, menyatakan bahwa perusahaan mereka selalu mematuhi hukum Uni Eropa dan menolak klaim bahwa platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan layanan yang mereka sediakan.
Dukungan terhadap Durov juga datang dari berbagai pihak, termasuk Elon Musk, pemilik X (sebelumnya Twitter), yang memposting #FreePavel sebagai bentuk protes, serta Edward Snowden, whistleblower NSA yang kini menjadi warga negara Rusia, yang menyebut penangkapan ini bermotif politik.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, turut memberikan tanggapan melalui unggahan di X, membantah tuduhan bahwa penangkapan Durov bermotif politik.
Ia menegaskan bahwa Prancis tetap berkomitmen pada kebebasan berekspresi, inovasi, dan semangat kewirausahaan, seraya menambahkan bahwa kebebasan ini harus dijalankan dalam kerangka hukum untuk melindungi warga negara dan hak-hak fundamental mereka.
Kasus ini pun memicu diskusi global tentang batasan tanggung jawab perusahaan teknologi dan implikasi hukum bagi para pemimpinnya.
BACA JUGA:
- Telegram Luncurkan 9 Fitur Baru, Ada Fitur Hemat Baterai!
- Cara Menggunakan Telegram Web di PC, Panduan Lengkap!
Dengan populernya Telegram di berbagai negara, termasuk Rusia dan Ukraina, isu ini tidak hanya berdampak pada Durov secara pribadi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan lebih besar tentang regulasi platform digital di era informasi yang semakin kompleks ini.
Seiring dengan terus bergulirnya penyelidikan, perhatian dunia kini tertuju pada bagaimana kasus ini akan mempengaruhi kebijakan hukum di masa depan, serta dampaknya terhadap perusahaan teknologi lainnya yang menghadapi tantangan serupa.