Telset.id, Jakarta – CEO Perplexity AI, Aravind Srinivas, menjadi sorotan publik setelah menyarankan The New York Times untuk menggunakan AI sebagai solusi saat karyawan mereka mogok kerja.
Saat karyawan The New York Times yang tergabung dalam Tech Guild melakukan aksi mogok pada Hari Pemilu, Srinivas mengusulkan penggunaan AI dari Perplexity untuk memastikan situs surat kabar tetap online dan menyediakan informasi penting selama momen kritis tersebut.
Srinivas menyampaikan bahwa Perplexity siap membantu menjaga situs The New York Times tetap berjalan agar pembaca tetap bisa mendapatkan liputan pemilu. “Kami siap membantu. Kirimkan pesan langsung kapan saja,” tulisnya dalam akun Twitter miliknya.
BACA JUGA:
- Siap Beradaptasi, Disney Mulai Bentuk Tim Pengembang AI dan AR
- Integrasi Teknologi AI dan 5G Diklaim Jadi Kunci Transformasi Digital
Namun, usulan tersebut menuai reaksi keras dari sejumlah pihak, terutama mereka yang menilai tindakan ini sebagai upaya untuk “menggantikan” karyawan dengan teknologi di saat mereka berjuang untuk hak-hak kerja yang lebih baik.
Reaksi publik terhadap cuitan tersebut cukup beragam, beberapa bahkan mengkritik Perplexity sebagai upaya untuk melemahkan solidaritas pekerja. Beberapa pengguna Twitter mengungkapkan ketidakpuasan mereka, dengan komentar seperti, “Yang penting bukan hanya menyediakan informasi, tapi juga membayar dan memperlakukan karyawan dengan adil.”
Reaksi keras ini mencerminkan kekhawatiran yang berkembang tentang penggunaan teknologi yang dianggap mengabaikan hak-hak pekerja manusia.
Menanggapi kontroversi yang muncul, Srinivas mengklarifikasi bahwa tawarannya bukan untuk menggantikan pekerja manusia dengan AI, melainkan menyediakan dukungan teknis di hari-hari dengan lalu lintas tinggi.
“Tujuan kami adalah untuk berkolaborasi, bukan untuk menciptakan konflik,” jelasnya dalam sebuah tweet lanjutan. Meskipun demikian, banyak pihak tetap mempertanyakan apakah AI akan diandalkan sebagai solusi untuk menghadapi krisis SDM di masa depan.
Selain itu, perlu dicatat bahwa The New York Times baru-baru ini mengirim surat penghentian dan penghentian kepada Perplexity AI, menuduh perusahaan tersebut menggunakan konten mereka tanpa izin untuk layanan AI.
Hal ini menambah ketegangan antara kedua pihak, di mana The Times tampaknya tidak akan mempertimbangkan tawaran bantuan dari Perplexity.
Perplexity AI sendiri dikenal sebagai mesin pencari bertenaga AI yang membantu bisnis meningkatkan produktivitas. Perusahaan ini juga baru saja meluncurkan pusat informasi pemilu untuk membantu para pemilih AS tetap terinformasi selama pemilu.
BACA JUGA:
- Studi: Chatbot AI Pintar Cenderung Tidak Memiliki Semua Jawaban
- Fitur AI dan AR Bikin Trafik Website Wardah Melejit
Dengan meningkatnya penggunaan teknologi AI di berbagai sektor, wacana mengenai dampak AI terhadap ketenagakerjaan semakin mengemuka. Kontroversi ini mungkin menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kecerdasan buatan menghadapi tantangan sosial dan etika di dunia kerja modern. [FY/IF]