Telset.id, Jakarta – Ketika Telegram terus menerus mengklaim diri sebagai aplikasi yang aman untuk berkomunikasi, pendiri Signal justru berkata sebaliknya. Menurut Moxie Marlinspike, aplikasi Telegram ternyata memiliki kekurangan dalam hal privasi data.
Sang pendiri Signal mengutarakannya melalui akun Twitter pribadi @Moxie pada Jumat (24/12/2021). Menurutnya sangat berlebihan jika menganggap Telegram sebagai aplikasi yang aman.
“Sungguh menakjubkan bagi saya bahwa setelah sekian lama, hampir semua liputan media tentang Telegram masih menyebutnya sebagai “pesan terenkripsi”. Telegram memiliki banyak fitur menarik, tetapi dalam hal privasi dan pengumpulan data, tidak ada pilihan yang lebih buruk,” cuit @Moxie.
Baca juga: Sebentar Lagi Ada Layanan Premium di Telegram
It's amazing to me that after all this time, almost all media coverage of Telegram still refers to it as an "encrypted messenger."
Telegram has a lot of compelling features, but in terms of privacy and data collection, there is no worse choice. Here's how it actually works:
1/
— Moxie Marlinspike (@moxie) December 23, 2021
Dijelaskan kalau aplikasi berlogo pesawat kertas itu menyimpan semua kontak, grup, media, dan setiap pesan yang pernah pengguna kirim atau terima dalam format plaintext di server mereka. Parahnya Telegram bisa melihat seluruh data tersebut.
“Aplikasi di ponsel Anda hanyalah ‘tampilan’ ke server mereka, tempat data sebenarnya berada. Hampir semua yang Anda lihat di aplikasi, Telegram juga melihat,” ungkap Moxie.
Untuk memastikan klaim dari Moxie, pengguna diminta untuk menghapus aplikasi di HP. Lalu unduh kembali dan login menggunakan nomor yang sama. Saat kembali ke Telegram maka seluruh riwayat percakapan, hingga media akan muncul di aplikasi.
Hal ini bukti jika privasi data Telegram bermasalah, karena menyimpan semua data di server dalam bentuk plaintext atau teks biasa.
“Berikut tes sederhana: hapus Telegram, instal di ponsel baru, dan daftar dengan nomor Anda. Anda akan segera melihat semua riwayat percakapan Anda, semua kontak Anda, semua media yang Anda bagikan, semua grup Anda. Bagaimana? Semuanya ada di server mereka, dalam teks biasa,” tambahnya.
Fakta tersebut juga membuktikan bahwa Telegram tidak menjaga privasi data pengguna, dan tidak menerapkan teknologi enkripsi end-to-end secara default. Sebab, kalau teknologi enkripsi diterapkan maka siapa pun tidak boleh melihat dan mengakses data pengguna.
“Beberapa orang mungkin merasa baik-baik saja membiarkan Telegram memiliki akses ke semua data, pesan, gambar, kontak, grup, dll. karena mereka mempercayai Telegram. Namun, maksud dari pembawa pesan terenkripsi adalah Anda tidak perlu memercayai siapa pun selain orang yang Anda ajak berkomunikasi,” tutur Moxie.
Baca juga: Pengguna Signal dan Telegram Meningkat
“Pesan yang Anda kirim seharusnya hanya dapat dilihat oleh Anda dan penerima. Detail grup hanya boleh dilihat oleh anggota lainnya. Mencari kontak Anda seharusnya tidak mengungkapkannya kepada orang lain,” tambahnya.
Dikhawatirkan kalau tidak adanya enkripsi end-to-end dalam aplikasi, maka siapa pun yang dapat meretas server Telegram dan dengan mudah mengetahui seluruh percakapan pengguna.
Informasi dari Moxie belum mendapat tanggapan dari Telegram, tetapi jika itu benar maka aplikasi tersebut ternyata tidak mampu menjaga privasi pengguna dengan baik. (NM/MF)