Telset.id, Jakarta – Video TikTok yang memperlihatkan tanda SOS di Pulau Laki yang terekam di Google Earth viral di media sosial. Aplikasi Google Earth menjadi perbincangan karena berhasil merekam tanda SOS di Pulau Laki.
Sekedar informasi video pertama kali diunggah oleh akun TikTok @myworst13 pada Selasa (19/01/2021). Video tersebut memperlihatkan proses saat pemilik akun mencari informasi mengenai Pulau Laki di Google Earth.
Selanjutnya akun tersebut menemukan sesuatu yang aneh di Pulau Laki yakni tanda Save Our Souls (SOS) Alert, yang bermakna meminta pertolongan.
“Awalnya penasaran karena banyak yang liat Pulau laki, karena ada yang aneh. Terus gua cek via Google Earth eh ternyata bener ada. Tapi gua agak beda, yang lain tolong kami, kalo gue SOS,” tulis akun @myworst13.
{Baca juga: Basarnas Cek Tanda SOS di Pulau Laki, Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air}
Video tersebut viral karena berkaitan dengan kasus kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182. Basarnas pun turun tangan untuk mengecek ke lokasi yang diklaim muncul tanda SOS.
Sejak berita ini menjadi viral di media sosial, banyak bertanya-tanya tentang aplikasi Google Earth. Kebanyak netizen penasaran bagaimana aplikasi pemetaan Google itu bekerja dan bisa menangkap tanda SOS itu. Mau tahu caranya? Yuk simak ulasannya.
Sejarah Google Earth
Sejarah Google Earth dimulai saat perusahaan pengembangan perangkat lunak bernama Keyhole, Inc. berdiri di tahun 2001. Keyhole berada di Mountain View California mengembangkan aplikasi visualisasi data geospasial bernama Earth Viewer.
Sesuai namanya Earth Viewer memberikan visualisasi data mengenai kondisi bumi
dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan dari Geographic Information System 3 dimensi (GIS 3D).
Kecanggihan Earth Viewer memberikan kemudahan pengguna khususnya untuk kepentingan transportasi, ilmu pengetahuan, keamanan dan keperluan lainnya.
{Baca juga: Google Hapus Tanda SOS di Pulau Laki Kepulauan Seribu}
Melansir dari History of Information, nama “Keyhole” sendiri terinspirasi dari satelit pengintai bernama Keyhole (KH) atau satelit Corona yang dioperasikan Amerika Serikat pada tahun 1959 sampai 1972. Google pun tertarik dengan Keyhole dan Earth Viewer buatan mereka.
Pada tahun 2004, Google mengakuisisi Keyhole dan Earth Viewer. Setelah melakukan akuisisi, Google pun pada merilis Google Earth dan Google Maps sekitar tahun 2005.
Cara Kerja Google Earth
Cara kerja aplikasi ini cukup unik yakni menyatukan miliaran gambar yang diambil oleh satelit dan foto udara yang menggunakan piksel kualitas tertinggi. Foto dengan piksel tinggi dipakai untuk menciptakan tampilan paling jelas dari setiap bagian di Planet Bumi.
Citra dan data yang digunakan dan dikumpulkan berasal dari kemitraan dengan NASA, National Geographic, dan lainnya.
{Baca juga: Google Earth Tampilkan Video Real-time}
Dengan kemitraan tersebut dan kualitas foto yang tinggi maka, aplikasi peta digital ini mampu menampilkan rekonstruksi 3D, alat anotasi, dan citra satelit. Selain itu peta terus diperbarui untuk mencerminkan dunia yang terus berubah.
Pembaruan ini bisa dilakukan karena Google menggunakan citra satelit NASA, sehingga pengguna dapat melihat selang waktu perubahan dan pertumbuhan di sudut dunia selama 30 tahun terakhir.
“Saat Anda membuka Google Earth untuk pertama kalinya, gambar itu terdiri dari triliunan piksel dari foto satelit NASA,” kata Manajer Produk Google Earth, Gopal Shah.
Melansir dari Live Science, tim pengembangan aplikasi terdiri dari 4 hingga 5 desainer berpengalaman. Lalu tim juga terdiri dari 30 insinyur yang sebagian besar berfokus pada peningkatan kemampuan aplikasi untuk mengirim data.
Tim pengembang selanjutnya mengumpulkan berbagai data dan akhirnya memberikan gambar berkualitas tinggi mengenai Bumi di situs atau aplikasi Google Earth.
{Baca juga: Waduh, Markas Militer Rahasia Ini Terungkap via Google Earth}
Google Earth telah mampu memberikan gambaran mengenai kondisi dunia secara keseluruhan serta memberikan cara baru untuk menjelajahi kota dan lanskap dari atas. Masyarakat dapat melihat dunia dalam konteks yang lebih luas.
Apa yang dimaksud Tanda SOS?
Mengutip di laman Google, bahwa pemberitahuan SOS bertujuan untuk mempermudah akses terhadap informasi darurat saat terjadi krisis yang disebabkan oleh manusia atau alam.
Google mengumpulkan konten yang relevan dan otoritatif dari web, media sosial, dan produk Google, lalu menyorot informasi tersebut di Google Penelusuran, seperti Penelusuran dan Maps.
Anda akan melihat informasi terbaru dari pihak berwenang lokal, nasional, atau internasional, tergantung pada sifat krisis dan lokasi Anda Informasi terbaru dapat meliputi nomor telepon dan situs darurat, peta, terjemahan frasa yang berguna, peluang donasi, dan sebagainya.
Bagaimana Google menampilkan Tanda SOS?
Google biasanya akan melihat beberapa faktor, seperti konektivitas internet di area yang terkena dampak, ketersediaan konten resmi dari pemerintah dan organisasi yang berwenang lainnya, serta dampak yang ditimbulkan.
Pemberitahuan SOS biasanya tersedia dalam bahasa utama di wilayah yang terkena dampak, serta bahasa Inggris. Namun Google tidak dapat menjamin bahwa Anda akan melihat konten ini untuk setiap krisis yang besar.
Saat ini Google memiliki tim yang tersebar di seluruh dunia yang mengumpulkan konten sumber dari lembaga pemerintah, responden pertama, media yang tepercaya, dan LSM.
Google Earth juga mengumpulkan informasi dari produk dan layanan Google lainnya, seperti Google News, Google Maps, Waze, dan sebagainya.
Dari keterangan tim Basarnas, kemungkinan tanda SOS berasal dari tim SAR yang mendirikan posko di sekitaran kepulauan Seribu. Menurut keterangan Direktur Operasi Basarnas Brigjen Rasman MS, bahwa saat ini tim penyelam ada yang membuat posko di Pulau Lancang, Pulau Laki, dan Tanjung kait.
Salah satu tujuan untuk memudahkan dalam melakukan pencarian korban maupun puing pesawat. Dugaan sementara, tanda SOS itu bisa saja berasal dari Tim SAR yang ada di pulau tersebut. Tapi dia mengatakan tidak mau berspekulasi, karena harus dicek.
Google Hapus Tanda SOS di Pulau Laki
Google telah memutuskan untuk hapus tanda SOS di Pulau Laki Kepulauan Seribu, yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182. Tanda yang muncul di Google Earth dan Google Maps tersebut sebelumnya viral di medsos.
Lewat keterangan resmi yang diterima Telset pada Rabu (20/1/2021), perwakilan Google menyampaikan bahwa mereka sudah melakukan perbaikan di Google Earth dan Google Maps.
Raksasa pencarian ini menghapus tanda atau ikon SOS di Pulau Laki Kepulauan Seribu. “Terima kasih telah menyampaikan ini kepada kami, masalah ini sekarang telah diperbaiki. Kami telah menghapus ikon di lokasi tersebut dari Google Maps,” kata perwakilan Google.
{Baca juga: Google Earth Tampilkan Video Real-time}
Lebih lanjut, Google meminta masyarakat untuk melaporkan jika terjadi keanehan pada layanan seperti Earth atau Maps.
“Seperti biasa, jika masyarakat melihat ada sesuatu di yang kurang tepat, mereka dapat dengan mudah melaporkannya kepada kami di desktop atau perangkat seluler,” tutur Google.
Meski telah hapus tanda SOS di Pulau Laki, Google tidak menjelaskan mengapa ikon tersebut bisa muncul di platform. Tim Telset pun melakukan verifikasi dan benar bahwa tanda SOS sudah tidak ada. [NM/HBS]