Kebijakan Trump Hantam Gadget: Harga Naik, Produk Langka di AS

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Anda menantikan peluncuran gadget terbaru, tapi perusahaan enggan memberi tahu harganya—bahkan ketersediaannya di pasar lokal pun diragukan. Itulah realitas pahit yang dihadapi konsumen teknologi di Amerika Serikat (AS) saat ini, dan IFA 2025 di Berlin menjadi buktinya.

Konferensi teknologi tahunan ini, yang biasanya dipenuhi pengumuman produk inovatif dengan harga terjangkau, justru diwarnai keengganan perusahaan untuk mengungkap detail harga dan rencana distribusi ke AS. Penyebab utamanya? Kebijakan tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump, yang membuat banyak perusahaan ragu-ragu bahkan untuk memasarkan produk mereka di negeri Paman Sam.

Microsoft dan Asus menolak mengungkap harga handheld Xbox mereka

Microsoft dan Asus, misalnya, sama-sama menolak mengungkap berapa harga handheld Xbox mereka yang sangat dinantikan. Padahal, perangkat ini diharapkan bisa bersaing dengan Steam Deck dan perangkat sejenis lainnya. Bukan hanya mereka—banyak perusahaan lain di IFA 2025 memilih diam soal harga, seolah takut menghadapi kenyataan bahwa produk mereka akan jauh lebih mahal daripada sebelumnya.

Tarif impor yang diterapkan Trump tidak hanya berdampak pada harga, tetapi juga pada ketersediaan produk. DJI, perusahaan drone ternama, secara efektif “dilarang lembut” untuk mengimpor produknya ke AS. Akibatnya, kamera 360 derajat terbaru mereka, Osmo 360, tidak dapat dibeli oleh konsumen AS meskipun sudah diluncurkan secara global.

DJI Osmo 360 tidak tersedia untuk pembeli AS

Roborock, perusahaan yang dikenal dengan produk pembersih otomatisnya, juga memutuskan untuk tidak membawa beberapa produk terbaru—seperti robot pemotong rumput dan mesin cuci-pengering hybrid—ke AS dalam waktu dekat. Padahal, AS adalah pasar terbesar untuk pemotong rumput di dunia. Keputusan ini jelas merupakan pukulan bagi konsumen yang mengandalkan inovasi teknologi untuk kehidupan sehari-hari.

Bahkan perusahaan yang masih berencana meluncurkan produk di AS enggan memberikan perkiraan harga. TCL, misalnya, menolak mengungkap harga TV QM9K mereka yang seharusnya diluncurkan dalam sebulan. Padahal, TCL dikenal sebagai merek TV dengan harga terjangkau—jika mereka enggan bicara harga, bagaimana dengan merek premium?

TV TCL QM9K masih tanpa harga jelas

Pasar PC dan handheld juga terkena dampak serius. Lenovo meluncurkan Legion Go 2 dengan layar OLED yang menjanjikan, tetapi harganya jauh lebih tinggi daripada pendahulunya. Versi dasar dijual seharga $1.050, sementara varian dengan prosesor AMD Ryzen Z2 Extreme mencapai $1.350. Bandingkan dengan Legion Go pertama yang diluncurkan pada akhir 2023 dengan harga $700.

Lenovo Legion Go 2 hadir dengan harga lebih tinggi

Kenaikan harga sebesar ini tentu saja membuat banyak calon pembeli mengurungkan niat. Apalagi, performa yang ditawarkan tidak selalu sebanding dengan kenaikan harganya. Handheld lain, seperti yang diproduksi Acer, bahkan belum memiliki kepastian ketersediaan di AS. Nitro Blaze 7 dan 11 sudah dijual di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, tetapi Acer menyatakan belum ada update untuk pasar AS.

Lalu, bagaimana perusahaan teknologi menghadapi situasi ini? Sebagian memilih strategi “tunggu dan lihat”, berharap kebijakan Trump akan berubah atau setidaknya tidak semakin memburuk. Beberapa perusahaan, seperti Intel dan NVIDIA, memilih untuk bernegosiasi—bahkan jika itu berarti harus menyerahkan sebagian kepemilikan atau menerima tuntutan yang tidak menguntungkan.

Namun, tidak semua perusahaan mau atau mampu melakukan hal yang sama. Bagi mereka, lebih baik menghindari pasar AS sama sekali daripada harus berurusan dengan ketidakpastian dan biaya tambahan yang signifikan. Akibatnya, konsumen AS semakin sulit mendapatkan akses ke produk-produk teknologi terbaru dan paling inovatif.

Acer Swift 16 Air masih misteri dari segi harga

Jadi, apa artinya semua ini bagi Anda sebagai konsumen? Jika Anda tinggal di AS, bersiaplah untuk melihat lebih banyak produk yang tidak tersedia secara resmi, atau harus membayar lebih mahal untuk gadget yang sama. Jika Anda di luar AS, mungkin Anda masih bisa menikmati produk-produk terbaru—tetapi waspadalah, karena kebijakan serupa bisa saja diterapkan di negara lain.

Tarif impor mungkin terlihat seperti kebijakan yang hanya memengaruhi perusahaan, tetapi pada akhirnya, konsumenlah yang paling merasakan dampaknya. Harga yang lebih tinggi, produk yang langka, dan inovasi yang terhambat—inilah masa depan teknologi di bawah kebijakan perdagangan Trump, setidaknya untuk saat ini.

Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk mempertanyakan: apakah kebijakan seperti ini benar-benar menguntungkan siapa pun? Atau justru membuat kita semua—konsumen, perusahaan, dan bahkan perekonomian secara keseluruhan—menjadi korban?

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI