FTC Tuntut Sendit, Aplikasi Anonim yang Tipu Pengguna dan Kumpulkan Data Anak

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Anda menerima pesan anonim yang provokatif: “Mau pacaran sama aku?” atau “Pernah coba narkoba?”. Penasaran siapa pengirimnya? Anda harus bayar. Inilah skema bisnis yang diduga dilakukan Sendit, aplikasi tanya jawab anonim yang digemari Gen Z, dan kini berhadapan dengan tuntutan resmi dari Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat. FTC menuduh Sendit tidak hanya menipu pengguna dengan pesan palsu, tetapi juga secara ilegal mengumpulkan data anak di bawah umur tanpa izin orang tua.

Kasus ini bukanlah insiden pertama di ekosistem aplikasi anonim. Beberapa tahun lalu, aplikasi serupa seperti YOLO dan LMK harus dihentikan oleh Snapchat menyusul gugatan hukum terkait bunuh diri seorang remaja. Saat itu, Sendit muncul sebagai pengganti dan langsung melesat dengan 3,5 juta unduhan. Namun, di balik popularitasnya, praktik bisnis yang dipertanyakan justru mengemuka. Laporan investigasi TechCrunch pada 2022 mengungkap bahwa Sendit dan LMK menyesatkan pengguna dengan pesan palsu, lalu menawarkan pembelian dalam aplikasi untuk mengungkap identitas pengirim—sebuah pola yang kini dikonfirmasi oleh keluhan resmi FTC.

Menurut dokumen FTC, Sendit secara sengaja mengirimkan pesan palsu yang provokatif kepada pengguna. Tujuannya jelas: memicu rasa penasaran. Ketika pengguna ingin tahu siapa di balik pesan tersebut, mereka diarahkan untuk membeli “Diamond Membership” seharga $9,99. Masalahnya, menurut FTC, tidak dijelaskan secara transparan bahwa biaya ini berulang setiap minggu, bukan pembayaran satu kali. Lebih parah lagi, ketika pengguna akhirnya membayar untuk mengungkap “identitas” pengirim pesan palsu tersebut, informasi yang diberikan ternyata juga tidak benar.

Fenomena aplikasi tanya jawab anonim seperti Sendit sebenarnya bukan hal baru di kalangan pengguna media sosial. Banyak yang tertarik karena rasa penasaran dan interaksi sosial yang berbeda. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel “Lagi Viral! Begini Cara Buat Fitur Tanya Jawab Anonim di Instagram“, fitur semacam ini memang memiliki daya tarik tersendiri bagi pengguna, terutama remaja. Namun, ketika dimanfaatkan untuk praktik yang tidak etis, dampaknya bisa sangat merugikan.

Pelanggaran Privasi Anak di Bawah Umur

Yang lebih memprihatinkan adalah tuduhan FTC bahwa Sendit secara sadar mengumpulkan data pengguna di bawah usia 13 tahun tanpa persetujuan orang tua. Ini merupakan pelanggaran serius terhadap COPPA (Children’s Online Privacy Protection Act), undang-undang perlindungan privasi anak online di AS. FTC mengungkapkan bahwa pada 2022 saja, lebih dari 116.000 pengguna Sendit melaporkan bahwa mereka berusia di bawah 13 tahun. Namun, perusahaan induk Sendit, Iconic Hearts, tidak memberitahukan orang tua tentang pengumpulan data ini, apalagi meminta izin.

Praktik pengumpulan data tanpa izin ini mengingatkan kita pada pentingnya transparansi dalam era digital. Seperti yang terjadi pada kasus “Telegram akan Mulai Berikan Alamat IP dan Nomor Telepon Pengguna“, platform digital semakin dituntut untuk lebih terbuka tentang bagaimana mereka menangani data pengguna. Terutama ketika yang bersangkutan adalah anak-anak yang lebih rentan secara hukum dan psikologis.

Pola Bisnis yang Dipertanyakan

Yang menarik dari kasus Sendit adalah bagaimana perusahaan ini justru menggugat kompetitornya, NGL, pada 2022 dengan tuduhan mencuri ide tentang pertanyaan anonim palsu dan rahasia dagang lainnya. Ironis, bukan? Sendit menuduh pihak lain mencuri metode yang justru kini menjadi dasar tuntutan hukum terhadap mereka. NGL akhirnya terpaksa menghentikan praktik tersebut agar tetap bisa bertahan di App Store, menyusul laporan TechCrunch.

Pola bisnis yang dijalankan Sendit mengingatkan kita pada pentingnya regulasi yang ketat terhadap aplikasi-aplikasi baru. Seperti yang terjadi pada “beberapa aplikasi Facebook yang ditutup karena tidak laku“, terkadang yang terlihat populer di permukaan belum tentu menjalankan praktik bisnis yang sehat dan beretika.

Ketika TechCrunch pada 2022 menanyakan tentang pola-pola gelap (dark patterns) ini kepada pendiri Sendit, Hunter Rice, responsnya justru mengalihkan perhatian. Rice menyatakan bahwa TechCrunch hanya mencari sensasi dan menolak membahas masalah tersebut. “Ada banyak hal hebat tentang apa yang kami lakukan yang layak diberitakan,” kata Rice kala itu. “Anda boleh bersenang-senang dengan topik ini, tapi saya hanya tertarik membicarakan berita yang nyata.”

Pernyataan Rice ini justru mengundang pertanyaan: apakah praktik menipu pengguna dengan pesan palsu dan mengumpulkan data anak di bawah umur tidak termasuk dalam kategori “berita nyata” yang patut dibahas?

Implikasi bagi Industri Teknologi

Kasus Sendit ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh industri aplikasi, terutama yang menargetkan pengguna muda. Popularitas yang cepat tidak boleh mengabaikan etika bisnis dan perlindungan konsumen. Pengguna, terutama remaja dan anak-anak, adalah kelompok yang rentan dan perlu dilindungi dari praktik-praktik yang memanipulasi.

Platform media sosial utama seperti Instagram dan Snapchat juga perlu lebih ketat dalam memantau aplikasi pihak ketiga yang terintegrasi dengan mereka. Seperti yang dilakukan Instagram dalam “kebijakan membatasi DM untuk mencegah spam, langkah proaktif diperlukan untuk melindungi pengguna dari praktik-praktik yang merugikan.

Bagi pengguna, terutama orang tua, kasus ini mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap aplikasi apa saja yang digunakan anak-anak mereka. Fitur anonimitas bisa menjadi pisau bermata dua—di satu sisi memberikan ruang untuk berekspresi, di sisi lain membuka peluang untuk manipulasi dan eksploitasi.

Kedepannya, kita mungkin akan melihat regulasi yang lebih ketat terhadap aplikasi-aplikasi serupa. FTC telah menunjukkan komitmennya untuk menindak perusahaan yang melanggar perlindungan konsumen dan privasi anak. Kasus Sendit bisa menjadi preseden penting yang membentuk masa depan regulasi aplikasi sosial untuk generasi muda.

Yang jelas, dalam dunia di mana data menjadi aset berharga dan perhatian pengguna menjadi komoditas, etika bisnis tidak boleh dikorbankan demi pertumbuhan yang cepat. Popularitas semata tidak cukup jika dibangun di atas praktik yang meragukan. Sejarah telah membuktikan bahwa perusahaan yang mengabaikan prinsip ini pada akhirnya akan menuai konsekuensinya—seperti yang kini dihadapi Sendit.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI