Telset.id, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meluncurkan layanan Chatbot Anti Hoaks di aplikasi Telegram. Sesuai namanya, layanan ini hadir untuk memerangi hoaks dengan melakukan verifikasi konten yang tersebar di masyarakat. Lantas, bagaimana cara kerjanya?
Kominfo berkolaborasi dengan startup teknologi bernama Prosa, untuk mengembangkan chatbot anti hoaks di aplikasi Telegram ini.
Di acara peluncurannya, CEO Prosa, Teguh Eko Budiarto menjelaskan bagaimana Chatbot anti-hoaks ini bekerja.
Yang pertama harus dilakukan pengguna adalah mengunjungi akun @chatbotantihoaks di aplikasi Telegram. Kemudian, pengguna bisa mengetik kata kunci atau tautan artikel di dalam chat dan mesin akan memberikan klarifikasi data tersebut.
{Baca juga: Perangi Hoaks, Kominfo Bikin Chatbot Anti Hoaks di Telegram}
“Kita ambil dulu kontennya nanti kita verifikasi dan memberikan informasi ke masyarakat. Ini semacam search engine, karena melalui pra processing, post processing dan kita cari relevansinya,” kata Teguh di Kantor Kominfo pada Jumat (12/04/2019).
Chatbot Anti Hoaks memiliki ratusan data sebagai bahan untuk melakukan verifikasi. Terkait data mereka mendapat bantuan dari Masyarkat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Kominfo, dan kolaborasi dengan beberapa media.
“Datanya sudah banyak dari Mafindo, Kominfo dan kita integrasikan juga ke data dari temen-temen media,” terang Teguh.
Dalam melakukan verifikasi data, Prosa menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), yang dikolaborasi dengan jurnalis secara manual. Pasalnya, ada beberapa informasi yang membutuhkan tenaga jurnalis untuk melakukan verifikasi.
“Kita gak bisa itu menyerahkan semua pada teknologi, sedangkan fakta di dunia nyata. Jadi AI bukan sepenuhnya menggantikan manusia yang berfungsi sebagai investigator, tapi hanya untuk mempermudah saja,” paparnya.
{Baca juga: Kominfo Awasi Kampanye di Media Sosial Selama Masa Tenang}
Ia mengakui jika akurasi datanya belum 100%. Namun Chatbot Anti Hoaks akan terus dikembangkan supaya bisa terus melakukan verifikasi terhadap konten-konten di media sosial.
“Sekarang memang belum 100%, tapi kita akan tambahin terus akurasinya,” tutup Teguh. [NM/HBS]