Telset.id – Pemerintah Indonesia menargetkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama akan beroperasi pada 2032 sebagai bagian dari strategi mencapai target emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Yuliot Tanjung, dalam Rapat Eksekutif Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang digelar Senin (27/10).
Yuliot menegaskan bahwa tenaga nuklir kini dipandang sebagai opsi strategis untuk memastikan ketahanan dan keberlanjutan energi nasional. “PLTN tidak lagi dianggap sebagai pilihan terakhir, namun menjadi bagian krusial dalam perencanaan energi nasional,” ujar Yuliot dalam pernyataannya. Kebijakan ini sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang Indonesia serta regulasi pemerintah terbaru mengenai kebijakan energi nasional.
Berdasarkan peta jalan pemerintah, tenaga nuklir diproyeksikan menyumbang 5 persen dalam bauran energi Indonesia pada 2030 dan meningkat menjadi 11 persen pada 2060. Target ini menunjukkan komitmen serius Indonesia dalam transisi energi bersih sekaligus mengatasi tantangan krisis iklim global.
Peran Strategis Nuklir dalam Transisi Energi
Perubahan paradigma energi nuklir dari opsi terakhir menjadi komponen utama strategi energi nasional mencerminkan perkembangan tren global. Beberapa negara maju telah mengintegrasikan energi nuklir dalam transisi energi mereka, termasuk China yang berhasil menggeser AS dalam laju pengembangan energi nuklir dengan 10 reaktor baru. Bahkan, inovasi pengembangan energi nuklir telah mencapai tahap yang lebih ambisius dengan rencana AS membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan untuk mendukung eksplorasi ruang angkasa.
Di sektor teknologi, perusahaan raksasa seperti Google telah mengambil langkah strategis dengan membangun tiga pembangkit nuklir baru khusus untuk kebutuhan data center AI. Langkah ini menunjukkan bagaimana energi nuklir dianggap sebagai solusi andal untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar dan stabil, terutama untuk infrastruktur teknologi masa depan.
Baca Juga:
Tantangan dan Langkah Mitigasi Pengembangan PLTN
Meski prospek pengembangan PLTN di Indonesia menjanjikan, Yuliot mengakui terdapat sejumlah tantangan signifikan yang harus diatasi. Tantangan utama meliputi aspek pendanaan yang besar, waktu pembangunan yang panjang, serta masalah keamanan dan penerimaan masyarakat. Pembangunan PLTN memerlukan investasi awal yang sangat besar dan waktu konstruksi yang bisa mencapai puluhan tahun.
Dalam menghadapi tantangan keamanan, pemerintah berkomitmen memperkuat langkah mitigasi, pengawasan regulasi, dan kerja sama internasional. Langkah ini penting mengingat fasilitas nuklir di berbagai negara pernah menjadi sasaran serangan siber. Pemerintah juga akan memastikan implementasi standar keselamatan tertinggi dan pengawasan ketat selama operasional PLTN.
Pengintegrasian teknologi modern seperti kecerdasan artifisial juga menjadi pertimbangan penting. Pengalaman penggunaan AI pertama kali di pembangkit nuklir AS dapat menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia dalam mengoptimalkan operasional dan keamanan PLTN di masa depan.
Implementasi PLTN di Indonesia akan menjadi tonggak sejarah dalam transformasi energi nasional. Keberhasilan proyek ini tidak hanya akan mendukung target net zero emission 2060, tetapi juga membuktikan kemampuan Indonesia dalam mengadopsi teknologi energi bersih mutakhir. Perkembangan lebih lanjut mengenai persiapan teknis, lokasi pembangunan, dan skema pendanaan PLTN pertama Indonesia diharapkan dapat diumumkan dalam waktu dekat.

