Hati-hati! Ini Bahaya Buang Baterai Bekas Sembarangan

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Baterai seperti telah menjadi hal yang lumrah ditemui dalam keseharian kita. Mulai dari jam dinding, remote tv, bahkan mainan anak yang bertebaran di ruang tamu, semua menggunakan baterai. Tapi, tahukah Anda bahwa disamping banyaknya manfaat yang dibawa, baterai juga ternyata menyimpan bahaya? Terutama jika setelah pemakaian tidak dibuang sebagaimana mestinya.

Baterai terdiri dari 2 (dua) jenis utama, yakni Baterai primer yang hanya dapat digunakan sekali dan dibuang; dan baterai sekunder yang dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali.

Pada baterai primer ada sejumlah unsur yang dikandung, termasuk zinc, karbon, campuran MnO2 (Mangan Dioksida), serbuk karbon dan NH4Cl (Ammonium Klorida). Sedangkan baterai yang dapat diisi ulang mengandung cadmium, Nikel dan alkaline (potassium hidroksida).

{Baca iuga: 3 Mitos Baterai Ponsel yang Selalu Dibahas, Faktanya?}

Semua komponen-komponen penyusun baterai inilah yang nantinya berdampak negatif bila mencemari lingkungan, misalnya kadmium dan mangan. Kenaikan konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan. Dampak yang muncul apabila keracunan logam kadmium adalah tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung serta kerapuhan tulang.

Sementara mangan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan saraf pada manusia. Menyebabkan halusinasi, pelupa serta keracunan saraf. Mangan juga dapat menyebabkan parkinson, emboli paru-paru dan bronkitis. Dalam jangka panjang, kelebihan unsur ini bahkan dapat mengakibatkan impoten. Disamping penyakit lainnya, seperti insomnia dan skizofrenia.

Sedangkan dalam baterai sekunder seperti baterai Li-Ion yang kerap digunakan untuk ponsel, gawai, laptop, hingga kendaraan kecil maupun besar, di dalamnya terkandung unsur kimia lithium yang mudah bereaksi terhadap oksigen atau air, bahkan guncangan.

Sementara unsur timah, asam sulfat, dan lainnya yang ada didalamnya akan membahayakan tubuh manusia. Mulai dari menyebabkan penyakit seperti gangguan pernapasan jika dihirup, gangguan otak, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin pada perempuan.

{Baca juga: Energizer Rilis Smartphone dengan Baterai Terbesar di Dunia}

“Itulah sebabnya, sampah baterai ini harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak membahayakan lingkungan maupun masyarakat, termasuk diri kita sendiri,” ungkap Gufron Mahmud, Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia yang juga pemerhati lingkungan.

Ia menambahkan, setidaknya ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk menangani sampah B3 terutama baterai dengan baik dan benar di lingkungan sekitar.

1. Memulai dengan memisahkan sampah B3 seperti baterai bekas di rumah dengan meletakkannya di dalam wadah khusus dan terpisah dengan sampah lainnya.

2. Kumpulkan semua sampah bahan berbahaya di dalam tempat tertentu, misalnya di setiap satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung sementara sampah berbahaya.

3. Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah memiliki kesadaran untuk tidak mencampur sampah berbahaya dengan sampah lainnya

4. Setelah itu sampah B3 ini dikirimkan ke tempat pengelola sampah B3 yang sudah memenuhi standar dan berizin.

“Dalam hal ini PT Arah mendukung kebijakan pemerintah dengan berperan dalam memberikan edukasi kepada para pihak yang menghasilkan limbah B3 termasuk limbah baterai dengan memberikan solusi pengelolaan yang dipanggil ECOFREN,” lanjut Gufron.

Melalui layanan ini, diharapkan masyarakat semakin aware dengan sampah B3 yang ada di sekitarnya dan menekan serendah mungkin pencemaran lingkungan akibat dari limbah B3 ini, termssuk di dalamnya baterai bekas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI