Telset.id – Konsumen yang berencana membeli laptop baru di awal tahun depan sebaiknya mempertimbangkan untuk segera membeli. Pasalnya, sejumlah vendor laptop utama dunia, termasuk Lenovo, HP, dan Dell, dilaporkan sedang mempertimbangkan kenaikan harga perangkat mereka menyusul lonjakan harga komponen memori (RAM) yang signifikan. Kenaikan ini diprediksi mulai berlaku pada Januari 2026.
Laporan dari firma analisis pasar TrendForce mengungkapkan bahwa mayoritas produsen laptop telah memasukkan rencana penyesuaian harga ke dalam strategi mereka. Sumber di industri mengonfirmasi bahwa Lenovo bahkan telah mengeluarkan pemberitahuan kepada jaringan ritelnya bahwa harga perangkat saat ini akan berubah efektif per 1 Januari 2026. Artinya, konsumen akan dihadapkan pada harga eceran yang disarankan (MSRP) baru yang lebih tinggi untuk desktop dan laptop.
“Sama seperti perusahaan lain di industri ini, Dell mengambil kebijakan penetapan harga yang terarah, bila diperlukan, dengan tetap menjaga keberlanjutan pasokan dan komitmennya terhadap pelanggan,” ujar juru bicara Dell kepada Gizmodo, seperti dikutip Telset. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa penyesuaian harga bukanlah wacana, melainkan langkah yang sedang dipertimbangkan secara serius untuk menanggung kenaikan biaya produksi.
Pemicu Utama: Kelangkaan dan Pergeseran Pasar DRAM
Akar masalah dari kenaikan harga laptop ini berasal dari krisis pasokan dan harga di pasar memori global. Harga RAM untuk perangkat konsumen, baik DRAM maupun NAND flash untuk penyimpanan, telah melonjak “gila-gilaan” dalam dua bulan terakhir. Lonjakan ini dipicu oleh kelangkaan pasokan yang disengaja dan pergeseran fokus produksi oleh raksasa semikonduktor seperti Samsung dan SK Hynix.
Perusahaan-perusahaan tersebut kini lebih memprioritaskan produksi High Bandwidth Memory (HBM), jenis memori khusus yang sangat dibutuhkan untuk pusat data dan komputasi Artificial Intelligence (AI). Memori untuk pusat data AI dinilai jauh lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan memori untuk PC atau laptop konsumen. Akibatnya, pasokan memori untuk segmen consumer menjadi “teranaktirikan” dan langka, yang langsung mendorong harga naik.
Bahkan Micron, salah satu produsen memori terbesar, mengambil langkah drastis dengan menghentikan penjualan RAM di bawah merek Crucial-nya untuk konsumen. Langkah ini diambil untuk memfokuskan seluruh kapasitas pasokannya ke segmen pusat data yang lebih menggiurkan. Situasi ini semakin mempersempit pasokan di pasar retail dan memperparah kenaikan harga.
Baca Juga:
Dampak Ganda: Tren AI PC Memperberat Beban
Kenaikan harga RAM ini datang di saat yang kurang tepat, bersamaan dengan maraknya tren “AI PC” atau laptop dengan kemampuan AI on-device. Laptop-laptop generasi baru yang mendukung platform seperti Microsoft Copilot+ atau ditenagai prosesor seperti AMD Ryzen AI 300 Series dan Snapdragon X Elite membutuhkan kapasitas RAM yang lebih besar. Standar minimal untuk pengalaman AI yang mulus kini adalah 16GB, bahkan lebih.
CEO HP, Enrique Lores, mengungkapkan bahwa komponen RAM menyumbang sekitar 15-20% dari total biaya produksi sebuah PC. Dengan kebutuhan RAM yang meningkat akibat tren AI, porsi biaya ini akan semakin membengkak ketika harga per komponennya juga melonjak. Media Korea Selatan, Chosun Ilbo, melaporkan bahwa HP dan Dell sedang mempertimbangkan ulang lini produk mereka hanya beberapa pekan sebelum dipamerkan di ajang Consumer Electronics Show (CES) 2026, kemungkinan besar terkait kalkulasi biaya ini.
Sumber anonim TrendForce memperkirakan bahwa Dell kemungkinan akan menerapkan kenaikan harga sekitar 15-20% pada perangkatnya mulai pertengahan Desember ini. Jika prediksi ini akurat, kenaikan tersebut akan langsung terasa oleh konsumen di awal kuartal pertama 2026. Vendor lain diperkirakan akan mengikuti langkah serupa untuk menjaga margin keuntungan mereka.
Laptop-laptop AI terbaru seperti HP OmniBook 5 yang mengusung Snapdragon X, yang dijanjikan memiliki efisiensi baterai dan fitur AI canggih, bisa menjadi salah satu produk yang terkena imbas kenaikan harga ini. Daya tarik fitur AI mungkin harus dibayar dengan harga premium yang lebih tinggi dari perkiraan awal.
Fenomena ini juga terjadi dalam konteks pasar yang fluktuatif. Beberapa waktu lalu, ancaman tarif impor sempat memicu pelonjakan penjualan PC dan laptop di AS karena konsumen ingin berbelanja sebelum harga naik. Meskipun kebijakan tarif impor smartphone dan laptop kemudian dicabut, tekanan harga kini justru datang dari rantai pasokan komponen inti, yang dampaknya mungkin lebih luas dan bertahan lama.
Bagi konsumen, situasi ini menciptakan dilema. Membeli laptop sekarang berarti mendapatkan harga saat ini yang relatif lebih stabil, namun mungkin melewatkan inovasi terbaru yang akan dirilis di CES 2026. Sebaliknya, menunggu laptop generasi AI terbaru berarti harus bersiap mengeluarkan budget lebih besar. Analis pasar menyarankan untuk memantau perkembangan harga komponen memori dalam beberapa bulan ke depan, karena itu akan menjadi penentu utama arah harga laptop di tahun 2026.

