Telset.id, Jakarta – Google akan mengeluarkan peraturan terkait keterlibatan perusahaan dalam proyek militer Amerika Serikat bernama Maven. Satu poin peraturan yang termuat adalah larangan penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam membuat senjata.
Jurubicara Google mengatakan bahwa perusahaan akan mempertimbangkan masukan dari para karyawan yang patuh kepada komitmen tidak ingin terlibat dalam proyek pembuatan senjata berbasis AI. Para eksekutif Google sempat memperdebatkan keputusan terkait proyek dari Pentagon itu.
Dalam sebuah diskusi yang dipimpin oleh Head of Defense and Intelligence Sales Google, Scott Frohman; Chief Scientist Google Cloud, Fei-Fei Li, mengungkapkan kekhawatiran bahwa keterlibatan perusahaan dalam Proyek Maven akan mengundang protes keras, terutama dari para karyawan.
“Proyek senjata AI adalah topik sangat sensitif. Proyek tersebut merupakan makanan empuk bagi media untuk mencari cara guna merusak Google. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika media tahu bahwa Google diam-diam mengembangkan senjata itu,” ujar Li seperti dikutip dari The New York Times.
Tidak lama setelah kabar keterlibatan Google dalam Proyek Maven beredar, CEO Google Cloud, Diane Greene, menjawab beberapa pertanyaan dalam sebuah pertemuan akhir pekan. Demikian pula dengan seorang pendiri Google, Sergey Brin, yang berbicara dengan CEO Alphabet, Larry Page.
Seiring gelombang protes karyawan yang semakin dahsyat kepada Google, Greene memutuskan untuk mengadakan diskusi terkait Proyek Maven. Hasil dari diskusi itu adalah Google bakal mengeluarkan peraturan etik mengenai proyek senjata AI pesanan Pentagon tersebut.
Baca juga: Elon Musk: Artificial Intelligence Bisa Picu Perang Dunia 3
Pertengahan Mei 2018 lalu, sekitar selusin karyawan Google memutuskan mengundurkan diri sebagai protes atas keterlibatan perusahaan di Proyek Maven. Pemakaian AI di Maven berfungsi untuk menginterpretasikan citra video yang digunakan untuk menarget pesawat tak berawak.
Sebenarnya, keterlibatan Google dalam proyek tersebut sudah diprotes oleh para karyawan sejak Februari 2018. Para karyawan yang mengundurkan diri merasa kesal sekaligus khawatir dengan penggunaan AI dalam Proyek Maven. Proyek itu tak sesuai komitmen mereka.
Menurut para karyawan, perusahaan sebesar Google tak seharusnya terlibat dalam kegiatan maupun proyek militer apapun. Mereka menganggap perusahaan mulai tak transparan. “Selama beberapa bulan terakhir, saya semakin kurang terkesan dengan respons perusahaan,” kata seorang karyawan.
Awal April 2018 lalu, ribuan karyawan Google, termasuk puluhan insinyur senior, menandatangani surat protes atas keterlibatan perusahaan dalam program AI Pentagon. Surat yang ditandatangani oleh 3.100 karyawan tersebut memperlihatkan potensi bentrokan budaya antara Silicon Valley dan pemerintah federal. [SN/HBS]
Sumber: The New York Times