Telset.id, Jakarta – Google dituduh membuat alat untuk mata-matai karyawan di kantornya, untuk memantau upaya para karyawan dalam mengatur protes atau mendiskusikan soal pembentukan serikat pekerja.
Alat pengawasan itu diduga dipasang di komputer karyawan sebagai ekstensi Google Chrome dan melaporkan mereka yang menjadwalkan acara kalender dengan lebih dari 10 kamar atau 100 rekan.
Dalam sebuah memo, seperti dilansir New York Post, seorang karyawan Google menandai ekstensi sebagai upaya kepemimpinan untuk segera belajar mengenai pengorganisasian para pekerja.
{Baca juga: Jaket Pintar Google dan Levi’s Bisa Terkoneksi Smartphone}
Namun, dikutip Telset.id, Minggu (27/10/2019), perusahaan teknologi itu mengatakan pada Rabu (23/10/2019) lalu bahwa tuduhan mengenai alat untuk mata-matai karyawan tidaklah benar.
“Ini adalah alat pengingat yang meminta orang untuk berhati-hati sebelum secara otomatis menambahkan rapat ke kalender mayoritas karyawan,” kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Kabar tersebut mengundang banyak reaksi. Tuduhan ini datang setelah kontraktor Google di Pittsburgh memilih untuk bergabung dengan Serikat Pekerja Baja pada September 2019 lalu.
Grup karyawan Google lainnya keluar dari pekerjaan di Mountainview, California, Amerika Serikat, pada November 2018 untuk memprotes penanganan klaim pelanggaran seksual oleh perusahaan.
{Baca juga: Tolak Proyek Pentagon, Selusin Karyawan Google Pilih Resign}
Tahun lalu, sekitar selusin karyawan Google juga diketahui memutuskan resign alias mengundurkan diri sebagai protes atas keterlibatan perusahaan di proyek Maven. Maven merupakan proyek percontohan Pentagon dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Sebenarnya, keterlibatan perusahaan dalam proyek tersebut sudah diprotes oleh para karyawan sejak lama. Para karyawan yang mengundurkan diri merasa kesal sekaligus khawatir dengan penggunaan AI dalam proyek Maven.
Menurut mereka, perusahaan sebesar Google tak seharusnya terlibat dalam kegiatan maupun proyek militer apapun. Mereka menganggap perusahaan mulai tak transparan. [SN/IF}