Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Gemini AI tiba-tiba menjadi asisten default di Samsung Galaxy S25? Ternyata, Google membayar “jumlah fantastis” kepada Samsung untuk memastikan produk AI-nya mendominasi pasar. Fakta ini terungkap dalam sidang antitrust Departemen Kehakiman AS (DOJ) terhadap Google, yang menyoroti pola monopoli serupa dengan kasus pencarian sebelumnya.
Kasus ini bukan sekadar tentang AI, melainkan kelanjutan dari pertarungan hukum antara Google dan regulator AS. Sebelumnya, Google diketahui membayar Apple hingga $20 miliar per tahun agar Google Search menjadi mesin pencari default di iPhone. Kini, DOJ menuding Google mengulangi taktik yang sama di era AI dengan Gemini.
Bocoran dari sidang mengungkap bahwa Google membayar Samsung dalam bentuk “pembayaran bulanan tetap, bonus aktivasi, dan bagi hasil iklan”. Meski nilai pastinya dirahasiakan, DOJ menyebutnya “mirip dengan kontrak eksklusif yang sebelumnya dinyatakan ilegal”.
Gemini vs ChatGPT: Perang AI yang Dibiayai Google
Kesepakatan Google-Samsung resmi berlaku sejak Januari 2025, tepat sebelum peluncuran Galaxy S25. Menurut Business Korea, kontrak ini berlaku minimal dua tahun dengan opsi perpanjangan pada 2028. Artinya, seluruh lini flagship Samsung dalam periode tersebut akan membawa Gemini AI sebagai asisten bawaan.
David Dahlquist, jaksa DOJ, menggambarkan kesepakatan ini sebagai “buku pedoman monopoli”. “Google ingin mengukir pengecualian untuk produk GenAI-nya agar bisa mengulangi pola monopoli,” ujarnya di pengadilan seperti dikutip AdWeek.
Baca Juga:
Google Panik, DOJ Minta Tindakan Tegas
Google jelas tidak tinggal diam. Dalam blog resmi, perusahaan berargumen bahwa tuntutan DOJ akan “menghambat inovasi AI Amerika”. Mereka juga mengklaim pemisahan Chrome dan Android akan “merusak platform, membahayakan bisnis, dan mengorbankan keamanan”.
John Schmidtlein, pengacara Google, membalas dengan menyebut proposal DOJ sebagai “daftar keinginan pesaing yang ingin menikmati inovasi Google”. “Produk seperti Gemini berada di luar cakupan kasus ini,” tegasnya.
Namun, analis teknologi mempertanyakan klaim Google. “Produk ‘gratis’ seperti Chrome dan Android justru alat untuk mempertahankan monopoli pencarian,” kata Chris Smith, penulis senior BGR. “Pengguna membayar dengan data mereka, yang kemudian dikomersilkan Google.”
Masa Depan Gemini AI dan Hukum Antitrust
DOJ mendesak pengadilan untuk mempertimbangkan kesepakatan Gemini saat merumuskan hukuman. “Remedi harus melihat ke depan dan tidak mengabaikan apa yang ada di cakrawala,” kata Dahlquist, merujuk pada era AI yang sedang berkembang pesat.
Google sendiri terus memperkuat Gemini. Baru-baru ini, mereka meluncurkan Gemini 2.5 Pro secara gratis, termasuk integrasi dengan Google Workspace. Bahkan, versi ramah anak, Gemini for Kids, sedang dalam persiapan.
Pertanyaannya kini: apakah dominasi Google di AI akan dihentikan hukum, atau mereka akan terus memimpin dengan strategi kontroversial ini? Keputusan pengadilan tahun ini mungkin menjadi titik balik tidak hanya untuk Google, tetapi seluruh industri teknologi.