Google Bangun 3 Pembangkit Nuklir Baru untuk Data Center AI

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Jika Anda mengira kecerdasan buatan (AI) hanya mengubah cara kita bekerja dan berkomunikasi, pikirkan lagi. Di balik layar, teknologi ini ternyata menyedot energi dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Bayangkan: satu gambar yang dihasilkan AI mengonsumsi listrik setara dengan mengisi daya ponsel pintar. Sekarang, kalikan itu dengan miliaran permintaan setiap hari. Hasilnya? Lonjakan kebutuhan energi yang luar biasa.

Menurut laporan MIT News, konsumsi listrik pusat data di Amerika Utara melonjak dari 2.688 megawatt pada 2022 menjadi 5.341 megawatt pada 2023. Angka ini menempatkan pusat data sebagai konsumen listrik terbesar ke-11 di dunia—setara dengan kebutuhan energi seluruh Prancis! Jika tren ini terus berlanjut, pada 2026, pusat data AI diprediksi akan naik peringkat menjadi konsumen energi terbesar kelima di planet ini.

Getty / Futurism

Solusi Nuklir Google

Tak ingin kewalahan, Google mengambil langkah radikal: membangun tiga pembangkit listrik tenaga nuklir baru. Perusahaan ini baru saja menandatangani kesepakatan dengan Elementl Power, pengembang energi nuklir, untuk membangun proyek “energi nuklir canggih”. Meski lokasinya masih dirahasiakan, Google telah menyiapkan dana awal untuk pengembangan izin, hak transmisi energi, dan rekrutmen kontraktor.

“Kolaborasi dengan Elementl Power mempercepat kemampuan kami memenuhi tuntutan era AI dan inovasi Amerika,” ujar Amanda Peterson Corio, kepala energi pusat data Google, seperti dikutip CNBC. Namun, proyek ini belum pasti. Elementl Power belum pernah menyelesaikan pembangunan reaktor sebelumnya, dan Google masih perlu mengumpulkan pendanaan tahap akhir.

Dilema Energi dan AI

Langkah Google ini bukan tanpa alasan. Emisi gas rumah kaca perusahaan melonjak 48% dalam lima tahun terakhir, didorong oleh adopsi AI masif. Bahkan, pada 2023-2024 saja, penggunaan air Google naik 17% karena kebutuhan pendinginan pusat data AI. Pertanyaannya: apakah semua energi ini benar-benar diperlukan?

Sejauh ini, AI Google lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang solusi. Mulai dari gambar hasil AI yang kacau, ancaman kematian terhadap pengguna, hingga asisten AI yang penuh bug. Yang lebih mengkhawatirkan, Google secara diam-diam memaksa pengguna untuk mengadopsi AI-nya, Gemini, sengaja memperburuk hasil pencarian tradisional. Ini menciptakan lingkaran setan: AI terlihat populer karena tidak ada pilihan lain.

Sementara itu, Microsoft—pesaing utama Google—justru membatalkan kontrak pusat data setelah berencana menghidupkan kembali reaktor nuklir Three Mile Island. Apakah ini pertanda buruk bagi proyek Google? Hanya waktu yang akan menjawab.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan energi nuklir dan AI, simak artikel terkait di Telset.id:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI