GM Bakal Ubah Game Baterai EV dengan Teknologi LMR yang Lebih Murah dan Efisien

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Bayangkan jika mobil listrik bisa memiliki harga setara dengan versi bensinnya, dengan jarak tempuh yang lebih jauh dan teknologi yang lebih canggih. Itulah yang sedang dipersiapkan General Motors (GM) dengan baterai Lithium Manganese-Rich (LMR) terbarunya. Teknologi ini bukan sekadar peningkatan kecil—ini adalah lompatan besar yang bisa mengubah peta persaingan industri kendaraan listrik global.

Selama ini, China mendominasi pasar baterai kendaraan listrik dengan teknologi Lithium Iron Phosphate (LFP) yang murah namun memiliki kepadatan energi lebih rendah. GM berambisi mematahkan dominasi ini dengan LMR—sebuah kimia baterai baru yang menawarkan kepadatan energi 30% lebih tinggi dibanding LFP, dengan biaya produksi yang sama. Yang lebih menarik, teknologi ini akan mulai diproduksi massal pada 2028 untuk menggerakkan SUV dan truk listrik besar mereka.

Langkah ini bukan hanya tentang teknologi, tapi juga geopolitik industri otomotif. Dengan mengurangi ketergantungan pada nikel dan kobalt—material yang harganya fluktuatif dan sering dikaitkan dengan isu lingkungan—serta memanfaatkan mangan yang lebih melimpah, GM sedang membangun kemandirian rantai pasok baterai di Amerika Utara.

Revolusi Kimia Baterai yang Sudah Dipersiapkan Sejak 2015

Kimia baterai LMR sebenarnya bukan hal baru bagi GM. Perusahaan ini telah mengembangkannya sejak 2015 di balik layar, jauh sebelum kebanyakan pesaing menyadari potensinya. Andy Oury, insinyur baterai GM, mengungkapkan komposisi mengejutkan dari sel LMR ini: 60-70% mangan, 30-40% nikel, dan hanya 2% kobalt. Bandingkan dengan sel NMCA (Nickel-Manganese-Cobalt-Aluminum) yang digunakan GM saat ini yang mengandung 5% kobalt dan 10% mangan.

“Ini adalah terobosan material yang seimbang,” jelas Kurt Kelty, Wakil Presiden GM untuk Baterai, Propulsi, dan Keberlanjutan. “Kami mengurangi ketergantungan pada nikel mahal dan hampir menghilangkan kobalt, sambil mempertahankan—bahkan meningkatkan—kinerja.”

Pilihan format prismatik untuk sel LMR ini juga menarik. Berbeda dengan sel pouch yang digunakan Ultium saat ini, format prismatik menawarkan stabilitas termal lebih baik dan kemudahan produksi. GM mengklaim modul baterai baru ini memiliki 50% lebih sedikit komponen, yang bisa memangkas biaya produksi dan menghindari keterlambatan seperti yang dialami lini produksi Ultium sebelumnya.

Strategi Tiga Jalur: NMCA, LMR, dan LFP untuk Segmen Berbeda

GM tidak menempatkan semua telur dalam satu keranjang. Perusahaan ini mengadopsi strategi tiga jenis kimia baterai untuk segmen pasar berbeda. Sel NMCA akan tetap digunakan untuk model performa tinggi seperti Cadillac Lyriq dan GMC Hummer EV. Sementara LMR akan menjadi pilihan utama untuk SUV dan truk besar yang membutuhkan jangkauan jauh dengan harga kompetitif.

“LMR akan melengkapi solusi high-nickel dan iron-phosphate kami untuk memperluas pilihan pelanggan di pasar truk dan SUV ukuran penuh,” tegas Kelty. “Ini akan memajukan inovasi baterai Amerika dan menciptakan lapangan kerja bertahun-tahun ke depan.”

Untuk segmen entry-level seperti Chevrolet Bolt EV yang akan diluncurkan kembali pada 2026, GM kemungkinan akan menggunakan baterai LFP yang lebih murah. Kombinasi ketiga teknologi ini memungkinkan GM menawarkan produk dengan spektrum harga dan performa yang lebih luas.

Persaingan dengan Ford dan Dominasi China

Menariknya, GM bukan satu-satunya yang mengembangkan teknologi LMR. Ford telah lebih dulu mengumumkan pengembangan kimia baterai serupa melalui postingan LinkedIn Charles Poon, Direktur Global Teknik Propulsi Listrik mereka. Namun, GM tampaknya lebih konkret dengan jadwal produksi yang jelas—pilot plant pada 2027 dan produksi massal 2028.

Persaingan ini terjadi di tengah dominasi China di pasar baterai global. Negeri Tirai Bambu menguasai hampir semua kekayaan intelektual terkait teknologi LFP yang lebih murah. Dengan LMR, GM berharap bisa menciptakan alternatif yang tidak hanya bersaing dalam hal harga, tetapi juga unggul dalam kepadatan energi.

Seperti yang terjadi pada teknologi pengisian ultracepat EV, inovasi di bidang baterai seringkali menghadapi trade-off antara biaya, kinerja, dan umur pakai. Tantangan GM berikutnya adalah membuktikan bahwa LMR bisa memberikan keseimbangan optimal dari ketiga faktor tersebut.

Masa Depan Industri Baterai yang Lebih Beragam

Kedatangan Kurt Kelty dari Tesla menjadi faktor penting dalam percepatan pengembangan baterai GM. Dengan pengalaman 11 tahun sebagai “raja baterai” Tesla dan 15 tahun di Panasonic, Kelty membawa perspektif segar meski awalnya skeptis dengan pendekatan LMR.

“Saya datang dengan beberapa prasangka tentang arah yang harus diambil,” akunya. “Tapi keunggulan LMR akhirnya meyakinkan saya.” Kolaborasi dengan LG Energy Solutions yang memiliki lebih dari 200 paten LMR sejak 2010 memperkuat posisi GM dalam perlombaan ini.

Dunia baterai EV sedang memasuki era diversifikasi teknologi. Dari pengembangan baterai smartphone hingga sistem penyimpanan skala besar, inovasi material terus mendorong batas-batas baru. Jika janji GM tentang LMR terwujud, kita mungkin sedang menyaksikan kelahiran standar baru di industri otomotif listrik.

Pertanyaan besarnya sekarang: Akankah LMR menjadi game changer yang dijanjikan, atau hanya salah satu dari banyak percobaan dalam evolusi baterai yang terus berlanjut? Jawabannya akan mulai terlihat ketika sel-sel pertama keluar dari pilot plant pada 2027. Satu hal yang pasti—perlombaan untuk menciptakan baterai sempurna untuk mobil listrik semakin panas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI