Telset.id, Jakarta – Facebook kian rajin melakukan deteksi serta penghapusan konten berisi ujaran kebencian jelang pemilihan umum Myanmar pada November 2020. Facebook tak ingin hoaks merajalela.
Dengan meningkatkan upaya deteksi dan penghapusan konten ujaran kebencian, Facebook sangat yakin hal-hal yang memicu kekerasan akan berkurang secara signifikan. Pun demikian dengan penyebaran informasi yang salah.
Facebook mengatakan, mulai saat ini hingga 2 November 2020, pihaknya akan menghapus informasi salah yang dapat diverifikasi dan rumor yang tidak dapat diverifikasi yang berpotensi menekan suara atau merusak integritas.
“Kami akan menghapus postingan yang secara palsu mengklaim bahwa kandidat adalah seorang Bengali, bukan warga negara Myanmar sehingga tidak memenuhi syarat,” kata Facebook dilansir New York Post.
{Baca juga: Begini Cara Bikin Avatar Facebook yang Lagi Heboh}
Dikutip Telset.id, Rabu (2/9/2020), Facebook sempat mendapat kecaman di Myanmar setelah tindakan keras pimpinan militer pada 2017 lalu, yang memaksa lebih dari 730 ribu Muslim Rohingya angkat kaki.
Penyelidik PBB mengatakan, Facebook memainkan peran kunci dalam menyebarkan ujaran kebencian yang memicu kekerasan. Perusahaan telah lama menyatakan akan menghentikan semua ujaran kebencian.
Facebook sedang bekerja dengan dua mitra di Myanmar untuk memverifikasi halaman resmi partai politik. Platform punya tiga mitra pemeriksa fakta di Myanmar, termasuk BOOM, Pemeriksaan Fakta AFP, dan Fact Crescendo.
Facebook juga mengambil tindakan terhadap 280 ribu konten di Myanmar karena melanggar standar, yang melarang ujaran kebencian pada kuartal kedua tahun ini naik dari 51.000 konten yang ditindak pada kuartal pertama.
{Baca juga: Facebook Selidiki Ujaran Kebencian Terhadap Etnis Rohingya}
Terkait penyebaran ujaran kebencian yang sebelumnya menimpa etnis Rohingya, Facebook juga telah meminta pihak ketiga untuk menyelidiki ini. Raksasa media sosial ini menunjuk Business for Social Responsibility yang bermarkas di San Francisco, Amerika Serikat.
Seperti diketahui, dalam satu tahun terakhir, Facebook sering mendapat kritik keras karena dianggap tidak sigap dalam mengatasi ujaran kebencian yang menargetkan etnis Rohingya di Myanmar. PBB menduga Facebook telah turut andil dalam konflik tersebut.
Akibatnya, lebih dari 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh akibat kekerasan. PBB juga menduga telah terjadi pembantaian etnis Rohingya di negara tersebut. [SN/IF]