Telset.id, Jakarta – Facebook menghapus 216 iklan kampanye Donald Trump tentang Joe Biden, pengungsi, dan Covid-19. Menurut Facebook, iklan-iklan tersebut melanggar kebijakan perusahaan.
Selama 2020, iklan dari halaman Facebook Donald Trump mengklaim bahwa terlepas dari risiko kesehatan Covid-19, Joe Biden akan secara drastis meningkatkan jumlah pengungsi dari Suriah, Somalia, dan Yaman.
“Kami menolak, tidak mengizinkan klaim bahwa keselamatan fisik, kesehatan, atau kelangsungan hidup seseorang terancam oleh orang-orang berdasarkan asal negara atau status imigrasi,” kata Facebook.
{Baca juga: Facebook dkk Blokir Video Donald Trump Soal George Floyd}
Dikutip Telset.id dari New York Post, Sabtu (3/10/2020), perpustakaan iklan online Facebook menunjukkan halaman “Donald J Trump for President” membayar USD 10.000-USD 15.000 untuk video durasi 15 detik.
Kebijakan Facebook menyatakan bahwa iklan “tidak boleh berisi konten yang menegaskan atau menyiratkan atribut pribadi”, termasuk “pernyataan atau implikasi langsung atau tidak langsung tentang ras dll.
Kebijakan Facebook sangat menentang konspirasi mengenai asal etnis, agama, kepercayaan, usia, orientasi, atau praktik seksual, identitas gender, kecacatan, kondisi medis, status keuangan, dan catatan kriminal.
Juru bicara kampanye Trump pun angkat suara. “Ketika berbicara tentang memimpin bangsa kita melalui krisis ini dan memberikan Great American Comeback, orang AS dapat mengandalkan Trump,” ujarnya.
{Baca juga: Lagi, Twitter Hapus Kicauan Presiden Donald Trump}
Ini bukan kali pertama Facebook hapus iklan kampanye Donald Trump. Sebelumnya, raksasa pencarian tersebut menghapus postingan dengan alasan melanggar aturan kebencian yang terorganisir.
Iklan pilpres Donald Trump tersebut menunjukkan segitiga terbalik berwarna merah, simbol yang digunakan Nazi untuk mengidentifikasi tahanan politik. Ada pula tulisan yang meminta pengguna Facebook tanda tangan petisi untuk melawan antifa.
Sekadar informasi, antifa adalah gerakan anti-fasis yang terorganisir. Trump dan Jaksa Agung William Barr berulang kali memilih antifa sebagai provokator kerusuhan protes anti-rasisme nasional terkait kasus kematian George Floyd.
{Baca juga: Tegas! Facebook Hapus Iklan Pilpres Donald Trump}