Elon Musk Kembali ke Medan Perang Budaya, Klaim “Woke Sudah Mati”

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Elon Musk kembali memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa gerakan “woke” telah mati. Pernyataan ini ia sampaikan melalui platform X (sebelumnya Twitter) pada 21 Juni 2025, yang langsung viral dengan lebih dari 35 juta views. Musk, yang baru saja mengalami ketegangan politik dengan Donald Trump, tampaknya berusaha memperkuat kembali hubungannya dengan basis pendukung konservatif.

Dalam cuitannya, Musk menulis, “Baby, what happened to Woke?” dan menjawab sendiri, “Dead, my darling, Woke is dead.” Ungkapan ini disambut antusias oleh pengguna konservatif, sementara kritikus menilai Musk hanya mencari perhatian setelah reputasinya terguncang. Beberapa bahkan menudingnya sebagai anti-LGBT, meski chatbot Grok milik X membantah klaim tersebut.

Dampak pada Bisnis Musk

Pernyataan Musk ini muncul di tengah tantangan bisnis yang dihadapi perusahaannya. Tesla, misalnya, mencatat penurunan penjualan sebesar 13% dan laba bersih anjlok 71% pada kuartal pertama 2025. Sahamnya juga turun lebih dari 20% sejak Januari. Musk sebelumnya sempat memfokuskan diri pada pengembangan produk baru Tesla, termasuk robotaxi yang akan diluncurkan 22 Juni di Austin, Texas. Namun, politik dan perang budaya tetap menjadi prioritasnya.

Konflik Pribadi dan Politik

Perang Musk melawan “woke” juga bersifat pribadi. Ia menyalahkan budaya progresif karena menjauhkan anak transgender-nya darinya. Pada Maret 2025, ia bahkan menyebut anaknya, Xavier, “meninggal karena virus pikiran woke.” Sejak mengambil alih X, Musk mengubah platform tersebut menjadi sarana kritik terhadap DEI (Diversity, Equity, Inclusion), identitas gender, dan kebenaran politik.

Dukungan finansial Musk kepada Trump senilai $290 juta dalam Pemilu 2024 sempat memperkuat aliansinya dengan sayap kanan. Namun, hubungan mereka retak setelah Musk berselisih dengan Trump secara terbuka. Kini, dengan menyerang “wokeisme,” Musk berusaha merebut kembali simpati basis MAGA.

Apakah strateginya berhasil? Masih belum jelas. Tapi satu hal pasti: selama progresivisme dianggap musuh bersama, Musk akan terus menjadikan perang budaya sebagai medan pertempuran utamanya. Baca juga bagaimana Starlink untung besar dari kebijakan Trump.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI