Telset.id – Di Amerika Serikat, menjadi lansia bukanlah hal yang mudah. Dengan populasi usia lanjut mencapai angka tertinggi dalam sejarah, mereka justru menghadapi berbagai krisis baru—mulai dari sistem asuransi yang menggunakan AI untuk menolak klaim, lingkungan yang tidak ramah pejalan kaki, hingga kasus pelecehan di panti jompo. Belum lagi ancaman teknologi canggih yang bisa menguras tabungan pensiun mereka dalam sekejap. Namun, sekelompok insinyur MIT punya solusi unik: robot pendamping bernama E-BAR.
Robot yang Mengerti Kebutuhan Lansia
Elderly Bodily Assistance Robot (E-BAR) dirancang sebagai pendukung fisik bagi lansia. Robot ini mampu menahan berat badan pengguna, membantu mereka bangkit dari posisi duduk, dan bahkan menyelamatkan mereka dari jatuh berkat “airbag samping yang mengembang cepat”. Dilengkapi empat roda omnidirectional yang dikendalikan secara independen, E-BAR bisa berputar di tempat sambil memeluk pengguna dengan lengan logamnya tanpa khawatir terjungkal.
Dalam video demonstrasi, E-BAR terlihat membantu enam tugas umum perawat lansia, seperti masuk dan keluar dari bak mandi, mengambil barang dari rak rendah, mengangkat pasien dari toilet atau lantai, serta menemani berjalan. “Lansia umumnya tidak suka memakai alat bantu atau harness,” jelas Roberto Bolli, salah satu insinyur proyek ini. “E-BAR memberikan dukungan berat badan, bantuan aktif saat berjalan, dan penangkap jatuh—tanpa menghalangi gerak pengguna.”
Masa Depan Robot Perawat di Tengah Krisis Perawatan Lansia
Meski masih berupa proyek penelitian, elemen desain E-BAR seperti ukuran yang muat di pintu standar dan lengan penghubung 18-bar berpotensi diproduksi massal oleh perusahaan robotika. Namun, tantangan terbesar adalah aksesibilitas. Di AS, perangkat perawatan lansia seperti lift tangga atau telepon tombol besar tidak ditanggung Medicare dan jarang dicover asuransi swasta—menjadikannya barang mewah bagi banyak pensiunan.
Baca Juga:
Data tahun 2022 menunjukkan, lebih dari 44% lansia AS memiliki kebutuhan harian—seperti perawatan diri atau mobilitas—yang tidak terpenuhi. Dengan biaya produksi robotika konsumen yang masih tinggi, sulit membayangkan E-BAR terjangkau bagi rata-rata lansia. Namun, inovasi seperti ini setidaknya memberi secercah harapan di tengah sistem yang kerap mengabaikan kelompok usia ini.
Seperti yang terjadi di Eropa dengan robot pengelola e-waste, teknologi seharusnya hadir sebagai solusi—bukan sekadar produk mewah. Apalagi dengan prediksi perusahaan seperti Toyota yang mulai serius menggarap robotika, bukan tidak mungkin suatu hari nanti setiap lansia bisa memiliki “teman robot” seperti E-BAR.