Telset.id – Dunia teknologi militer kembali dikejutkan oleh inovasi terbaru dari China. Kali ini, Negeri Tirai Bambu bersiap meluncurkan drone mothership terbesar di dunia, Jiu Tian (“Langit Tinggi”), dengan kemampuan yang bakal mengubah peta pertempuran modern. Bagaimana tidak, drone raksasa ini mampu membawa 100 UAV sekaligus dan memiliki jangkauan tempur hingga 7.000 kilometer!
Pengumuman resmi dari stasiun televisi pemerintah CCTV pada Senin (19/5/2025) mengkonfirmasi bahwa uji terbang perdana akan dilakukan akhir Juni mendatang. Langkah ini menegaskan ambisi China untuk mendominasi teknologi peperangan tanpa awak di kawasan Asia Pasifik.
Jiu Tian bukan sekadar drone biasa. Ini adalah platform strategis yang dirancang sebagai “force multiplier” – pengganda kekuatan tempur yang bisa mengerahkan puluhan drone kecil secara simultan. Konsepnya mirip kapal induk, tapi beroperasi di udara dengan ketinggian jelajah mencapai 15.000 meter.
Spesifikasi Mencengangkan Drone Raksasa
Pertama kali diperkenalkan di Zhuhai Air Show November lalu, Jiu Tian langsung mencuri perhatian para analis pertahanan. Dengan berat lepas landas maksimum 16 ton dan bentang sayap 25 meter, drone ini dirancang untuk misi-misi jarak jauh di wilayah udara yang dipertentangkan.
Yang membuatnya istimewa adalah sistem bay internalnya yang mampu membawa 100 unit loitering munition (amunisi jelajah) atau drone mini, termasuk tipe kamikaze. Drone-drone kecil ini akan dilepaskan secara simetris dari dua ruang penyimpanan di bagian bawah pesawat, memungkinkan serangan terkoordinasi yang bisa membanjiri pertahanan musuh.
- Jangkauan: 7.000 km (setara Jakarta-Tokyo PP plus ekstra)
- Ketinggian operasi: 15.000 meter (di atas jangkauan kebanyakan rudal pertahanan udara)
- Payload: 100 drone kecil atau amunisi jelajah
- Fungsi tambahan: 8 hardpoint untuk misi elektronik, pengintaian, atau peperangan elektronik
Strategi Peperangan Masa Depan
Jiu Tian dirancang khusus untuk taktik “swarming” – mengerahkan sejumlah besar drone secara terkoordinasi untuk menipu, membanjiri, atau melumpuhkan sistem pertahanan lawan. Konsep ini dianggap sebagai game changer dalam doktrin militer modern.
“Ini bukan sekadar soal jumlah drone yang bisa dibawa,” jelas analis pertahanan Liu Wei kepada Telset.id. “Yang lebih penting adalah kemampuan jaringan AI-nya untuk mengkoordinasikan serangan massal dengan presisi tinggi.”
Platform ini dikembangkan oleh Shaanxi Unmanned Equipment Technology, perusahaan pertahanan yang baru berdiri tahun 2023, dengan desain aerodinamika dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC) – raksasa kedirgantaraan milik negara.
Lebih dari Sekadar Senjata
Menariknya, Jiu Tian tidak hanya dirancang untuk misi tempur. Sistem payload modularnya memungkinkan konfigurasi untuk berbagai operasi sipil seperti:
- Patroli maritim dan pengawasan perbatasan
- Pemantauan sumber daya alam
- Bantuan bencana dan tanggap darurat
- Operasi pencarian dan penyelamatan
Fleksibilitas ini sesuai dengan strategi China yang mengembangkan teknologi militer dengan aplikasi ganda (dual-use technology), memudahkan ekspor ke negara-negara mitra.
Persaingan dengan AS
Jiu Tian jelas menjadi jawaban China terhadap dominasi Amerika di bidang drone pengintai dan tempur. Dibandingkan RQ-4 Global Hawk milik AS, Jiu Tian memiliki keunggulan dalam kapasitas serang meski ketinggian operasinya sedikit lebih rendah.
Sementara MQ-9 Reaper yang lebih kecil hanya mampu membawa muatan 5 ton, jauh di bawah kapasitas 16 ton Jiu Tian. “Ini menunjukkan China tidak hanya mengejar, tapi berusaha melampaui kemampuan teknologi Barat,” tambah Liu Wei.
Dengan armada drone yang sudah mencakup CH-7 siluman dan Wing Loong-X anti-kapal selam, kehadiran Jiu Tian semakin memperkuat posisi China sebagai pemain utama dalam perlombaan senjata otonom.
Para pengamat memprediksi drone mothership ini akan memainkan peran kunci dalam dinamika militer di Selat Taiwan dan Laut China Selatan – dua wilayah yang terus menjadi sumber ketegangan geopolitik.
Pertanyaan besarnya sekarang: bagaimana negara-negara lain akan merespons langkah China ini? Apakah kita akan melihat perlombaan baru dalam pengembangan drone carrier? Satu hal yang pasti, peta kekuatan militer global sedang berubah, dan teknologi tanpa awak berada di garis depan perubahan itu.