China Selidiki Kebocoran Data Pelanggan Hotel Huazu Group

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Kepolisian China tengah menyelidiki dugaan kebocoran data jaringan hotel terbesarnya, yakni Huazu Group. Hotel yang terdaftar di bursa NASDAQ, Amerika Serikat ini juga merupakan mitra lokal AccorHotels, grup hotel asal Perancis.

Dilansir Channel News Asia, Jumat (31/8/2018), pihak Huazhu mengungkapkan mereka telah melaporkan bahwa data internal perusahaan sedang dijual secara online. Perusahaan ini juga meminta kepolisian untuk menyelidiki kasus ini.

Laporan media China mengatakan data tersebut termasuk informasi keanggotaan tamu, ID pribadi, catatan check-in, nama tamu, nomor ponsel dan e-mail. Polisi di Shanghai juga menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kasus tersebut.

Dalam situs web resminya, Huazhu mengungkapkan bahwa mereka mengoperasikan lebih dari 3.000 hotel di lebih dari 370 kota di China, termasuk merek AccorHotels, seperti Ibis dan Mercure.

Huazhu juga membentuk aliansi jangka panjang dengan Accor pada 2014 untuk membantu kelompok hotel Perancis ini mengembangkan pasar di China.

Baca juga: Luar Biasa! Pengguna Internet China Capai 800 Juta

Menurut Huazhu kebocoran data tersebut telah menyebabkan dampak “ganas”, tanpa membeberkannya secara rinci. Grup raksasa hotel ini juga mengaku telah melakukan penyelidikan internal.

Penjualan informasi pribadi adalah hal yang umum di China. Tahun lalu negara Komunis ini menerapkan Undang-undang (UU) keamanan siber kontroversial yang mewajibkan layanan penyimpan data pengguna berlokasi di China dan menerima persetujuan dari pengguna sebelum membagikan rinciannya.

Raksasa e-commerce China Alibaba mendapat kecaman awal tahun ini karena penanganan data penggunanya. Hal ini menjadi kasus yang menggarisbawahi berkembangnya kekhawatiran terhadap privasi di negara yang sedang mengalami hyper-digital itu.

Baca juga: China akan Bersihkan Konten Vulgar dari Internet

Afiliasi pembayaran online Alibaba, Ant Financial, terpaksa meminta maaf setelah penggunanya mengatakan bahwa mereka merasa disesatkan agar mengizinkan layanan Alipay berbagi data tentang kebiasaan pengeluaran mereka dengan lini bisnis pemberian kredit Ant dan layanan pihak ketiga lainnya.

China saat ini sudah menjadi negara ekonomi terbesar dunia, dengan angka pengguna internet mencapai lebih dari 800 juta atau hampir enam kali lipat dari pengguna internet di Indonesia yang jumlahnya “hanya” 143 juta.

Angka tersebut disokong oleh lonjakan bisnis berbasis internet di China, mulai dari pembayaran pulsa seluler hingga berbagi sepeda dan pengiriman makanan yang didukung smartphone.

Menurut laporan Pusat Informasi Jaringan Internet China (CNNIC) pekan lalu, seperti dilansir ZDNet, Senin (27/8/2018), jumlah total pengguna internet di China mencapai 802 juta pada akhir Juni tahun ini, bertambah 30 juta hanya dalam periode enam bulan saja. [WS/HBS]

Sumber: Channelnewsasia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI