Telset.id – China telah membangun sistem industri kecerdasan buatan (AI) yang komprehensif dengan nilai inti mencapai hampir 600 miliar yuan (Rp1.361 triliun) per April 2025. Data ini diumumkan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) dalam Forum Kerja Sama AI China-Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, Kamis (29/5).
Pejabat NDRC Huang Ru mengungkapkan, permohonan paten AI di China telah melampaui 1,5 juta, mencakup 40% dari total permohonan paten AI global. “China mencatat kemajuan menyeluruh dalam pengembangan AI dengan ekosistem industri yang berkembang pesat,” kata Huang dalam forum tersebut.
Negara itu kini memiliki lebih dari 400 perusahaan “raksasa kecil” (small giants) yang mengkhususkan diri di pasar AI spesifik, termasuk inovator seperti DeepSeek. SCO, sebagai organisasi dengan wilayah terluas dan populasi terbesar di dunia, disebut memiliki sumber daya data dan skenario penerapan AI yang beragam.
Dorongan Baru untuk Negara SCO
Huang menekankan, kerja sama teknologi AI antaranggota SCO akan memberikan dorongan baru bagi pembangunan ekonomi dan sosial. “Kerja sama ini juga diharapkan mendorong pembangunan global yang lebih inklusif dan mengurangi kesenjangan digital,” ujarnya.
China berkomitmen untuk berkolaborasi dengan negara-negara SCO lainnya dalam menjunjung “Semangat Shanghai” guna memastikan pengembangan AI yang bermanfaat, aman, dan adil. Langkah ini sejalan dengan upaya China memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri AI global.
Baca Juga:
Langkah Strategis China di Bidang AI
Pencapaian ini menegaskan dominasi China dalam inovasi AI, yang juga tercermin dari proyek-proyek seperti robot humanoid untuk pertempuran dan kendaraan otonom berbasis AI. Sementara itu, ketegangan teknologi dengan AS terus berlanjut, termasuk pembatasan ekspor chip AI ke China.
Dengan ekosistem AI yang matang, China siap memimpin transformasi digital global, meski menghadapi tantangan geopolitik dan persaingan teknologi yang ketat.