ByteDance, perusahaan asal China yang merupakan pemilik TikTok, diharapkan dapat menyelesaikan penjualan aplikasi video pendek tersebut sebelum batas waktu 5 April 2025. Langkah ini diambil untuk menghindari larangan operasional TikTok di Amerika Serikat (AS). Menurut Wakil Presiden AS J.D. Vance, kesepakatan penjualan akan segera tercapai untuk memastikan TikTok tetap beroperasi di AS dengan memenuhi kepentingan keamanan nasional negara tersebut.
Latar Belakang Larangan TikTok di AS
Isu keamanan nasional menjadi alasan utama AS mempertimbangkan larangan TikTok. Aplikasi ini dituduh mencuri data pribadi pengguna, terutama remaja dan anak-anak, serta diduga digunakan oleh pemerintah China untuk menyebarkan propaganda. Pada April 2024, Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang mewajibkan ByteDance untuk menjual TikTok kepada perusahaan non-China sebelum 19 Januari 2025. Namun, setelah pelantikan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, batas waktu tersebut diperpanjang 75 hari hingga 5 April 2025.
Trump, yang sebelumnya tidak menyukai TikTok, berubah pikiran setelah aplikasi ini membantu menarik pemilih muda dalam kampanye pemilihan presiden 2024. TikTok menjadi platform yang efektif untuk menjangkau generasi muda, membuat Trump menjadi “bintang” di aplikasi tersebut. Meskipun demikian, Trump tetap mendorong penjualan TikTok kepada perusahaan AS untuk melindungi kepentingan nasional.
Proses Penjualan TikTok
Vice President J.D. Vance mengungkapkan keyakinannya bahwa kesepakatan penjualan TikTok akan selesai sebelum batas waktu. Dalam wawancara dengan NBC News, Vance menyatakan, “Hampir pasti akan ada kesepakatan tingkat tinggi yang memenuhi keprihatinan keamanan nasional kami dan memungkinkan TikTok beroperasi sebagai entitas Amerika yang terpisah.” Vance, yang sebelumnya bekerja di bidang modal ventura, ditugaskan oleh Trump untuk membantu memediasi proses penjualan.
Beberapa perusahaan AS, seperti Walmart, Oracle, dan Microsoft, sempat dianggap sebagai calon pembeli potensial pada tahun 2020. Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari ByteDance mengenai pembicaraan dengan calon pembeli. Reid Rasner, CEO Omnivest Financial, mengklaim telah menawar TikTok seharga $47,45 miliar, tetapi tawaran ini belum diverifikasi oleh ByteDance.
Implikasi Keamanan Nasional dan Privasi Data
Kekhawatiran utama AS terkait TikTok adalah potensi penyalahgunaan data pengguna oleh pemerintah China. Laporan menyebutkan bahwa data pribadi pengguna, termasuk informasi sensitif remaja, dapat diakses oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, ada dugaan bahwa algoritma TikTok digunakan untuk memengaruhi pandangan politik pengguna muda di AS.
Vance menegaskan bahwa kesepakatan penjualan TikTok harus memastikan perlindungan data pribadi warga AS dan kepentingan keamanan nasional. “Baik melalui perpanjangan waktu atau kesepakatan langsung, kami akan mencapai titik di mana TikTok dapat beroperasi dengan cara yang melindungi privasi data dan keamanan nasional Amerika,” ujarnya.
Nilai TikTok dan Prospek Masa Depan
TikTok telah dinilai mencapai $50 miliar, menjadikannya salah satu aset digital paling berharga di dunia. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif global, TikTok memiliki potensi besar untuk terus berkembang, terutama di pasar AS. Namun, ketidakpastian terkait kepemilikan dan regulasi dapat memengaruhi masa depan aplikasi ini.
Jika penjualan berhasil diselesaikan sebelum batas waktu, TikTok akan menjadi entitas yang sepenuhnya independen dari ByteDance dan pemerintah China. Langkah ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran AS sekaligus memastikan kelangsungan operasional TikTok di pasar terbesar kedua setelah China.
Kesimpulan
Proses penjualan TikTok oleh ByteDance menjadi sorotan utama dalam beberapa bulan terakhir. Dengan batas waktu 5 April 2025 yang semakin dekat, semua pihak terkait berharap kesepakatan dapat segera tercapai. Langkah ini tidak hanya akan menentukan nasib TikTok di AS tetapi juga menjadi contoh bagaimana kepentingan keamanan nasional dan bisnis global dapat diharmonisasikan.