Chris Kanter: Infrastruktur Lebih Penting Ketimbang Buyback Indosat

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Yogyakarta – Direktur Utama Indosat Ooredoo, Chris Kanter membeberkan bahwa pemerintah Indonesia sempat berencana ingin membeli kembali atau buyback Indosat. Namun rencana tersebut justru mendapat penolakan atau kurang disetujui oleh pihak Indosat. Kenapa?

Chris Kanter mengatakan, bahwa wacana buyback saham Indosat sempat dibahas saat dirinya bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun lalu.

“Pemerintah dari tahun lalu berupaya buyback (saham Indosat),” kata Chris saat temu media di Hyatt Regency Yogyakarta, Senin (28/01/2019).

{Baca juga: Indosat Ooredoo “Curhat” Rencana Merger ke Presiden Jokowi}

Saat itu, Chris menyarankan kepada presiden Jokowi agar pemerintah lebih baik mengurungkan niat tersebut. Sebab, saat ini saham dominan di operator itu dimiliki oleh Ooredoo, yang dahulu bernama Qatar Telecom.

Ia menilai, Ooredoo tidak akan menjual saham mereka di Indosat, karena mereka ingin menjadi operator telekomunikasi terbesar di dunia. Sehingga Ooredoo saat ini tidak maul menjual, tapi hanya mau membeli saham.

“Saya jelaskan ke presiden bahwa upayanya (buyback Indosat) yang dari tahun lalu, dengan melihat keadaan sekarang adalah simply impossible,” jelasnya

{Baca juga: Indosat akan Fokus Penetrasi 4G dan Genjot B2B}

“Dia (Ooredoo) mau jadi world biggest telco. Dia maunya beli bukan jual,” tambah Chris.

Seandainya Ooredoo ingin menjual saham Indosat ke Indonesia, maka nilainya pun akan sangat tinggi. Sehingga Chris mengatakan, daripada membeli saham Indosat yang harganya mahal, lebih baik digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

“Kalau mau beli berarti harganya pasti mahal, jadi lebih baik itu uangnya untuk infrastruktur,” kata Chris menjelaskan.

Ia menegaskan bahwa sikapnya soal buyback ini bukan dalam konteks dukung-mendukung, tetapi supaya isu soal buyback ini bisa selesai, tidak digantung jadi bulan-bulanan selama Pilpres.

“Saya ngomong gini bukan ngebelain (Presiden Jokowi) lho, Indosat gak ada urusan dengan Paslon nomor 01 atau 02, saya hanya menyampaikan fakta,” tegas Chris.

Orang nomor satu di Indosat itu juga mengingatkan kepada pemerintah agar segera menyelesaikan peraturan mengenai konsolidasi perusahaan.

{Baca juga: Regulasi ‘Konsolidasi Operator’ jadi Tugas Pertama BRTI}

Selain itu mereka dirinya juga menyarankan agar pemerintah lebih baik untuk menyelesaikan peraturan mengenai konsolidasi perusahaan. Sebab sampai sekarang, peraturan itu masih berupa draft yang tinggal dilakukan penyempurnaan.

“Saya usulkan sesuai saran Menkominfo Rudiantara adalah peraturan mengenai konsolidasi,” tutur Chris.

Sebagai informasi, Indonesia menjual 41,94 persen saham Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) dengan harga USD 627 juta pada 2002. Namun setelah itu, STT melepas kepemilikannya ke Qatar Telecom atau sekarang berganti nama menjadi Ooredoo. (NM/FHP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI