JAKARTA – Lembaga swadaya masyarakat ICT Watch meminta pemerintah jangan hanya memberikan “karpet merah” kepada Google lewat Project Loon, tapi juga harus mendukung teknologi alternatif OpenBTS dengan pertimbangan netralitas teknologi.
Pernyataan ini diberikan ICT Watch untuk menanggapi kesepakatan pemerintah dan tiga operator yang menandatangani kesepakatan uji teknis balon Internet Google, Project Loon.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, pada hari Kamis (29/10/2015), pemerintah bersama tiga operator seluler Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata menandatangani kesepakatan uji coba teknis balon Internet Google, Project Loon.
Balon Internet atau disebut juga Project Loon yang digagas raksasa mesin pencarian, Google, ini akan mengudara di langit Indonesia dan mendapat dukungan pemerintah dengan memanfaatkan spektrum 900 MHz milik tiga operator seluler, Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat.
[Baca juga: Gandeng 3 Operator, Project Loon Mengudara di Indonesia]
Direktur Eksekutif ICT Watch, Donny Budi Utoyo mengatakan, bahwa pemerintah juga harus mendukung teknologi alternatif OpenBTS untuk menyediakan koneksi seluler ke daerah pelosok dengan pertimbangan netralitas teknologi.
Donny menyoroti keputusan pemerintah yang memberikan dukungan kepada Google dengan memanfaatkan spektrum 900 MHz milik tiga operator seluler di Indonesia. Dia meminta pemerintah bisa memberi izin kepada OpenBTS untuk memakai spektrum 900 MHz demi kepentingan penelitian dan pengembangan.
Ia menegaskan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) harusnya juga memberi dukungan pada OpenBTS dengan dasar “netralitas teknologi”.
Donny menjelaskan, yang dimaksud dengan “netralitas teknologi” (technology neutrality), pada intinya adalah mengharuskan suatu regulasi haruslah dapat diterapkan pula pada teknologi alternatif yang ada, tidak boleh hanya berlaku bagi jenis teknologi yang telah/sedang digunakan saja atau yang dianggap primadona/unggulan saja.
“Teknologi OpenBTS adalah teknologi yang telah terbukti dapat dikembangkan dari-oleh-masyarakat Indonesia untuk membantu mengatasi kesenjangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, juga dalam situasi gawat darurat kebencanaan,” ujar Donny dalam siaran pers yang diterima telsetNews, Jumat (30/10/2015).
Sebagai informasi, OpenBTS merupakan serangkaian peranti lunak yang dipasangkan pada komputer yang telah ditambah antena penerima dan pengirim sinyal seluler, yang kemudian bisa dimanfaatkan sebagai BTS portabel.
Dengan alat ini masyarakat di sekitar lokasi OpenBTS dapat menerima sinyal seluler untuk melakukan panggilan telepon dan SMS.
Donny menambahkan, bahwa teknologi OpenBTS sejauh ini belum mendapat dukungan yang memadai dari operator telekomunikasi dan pemerintah, dalam skema kerja sama bentuk apapun.
“Kami juga meminta kepada operator telekomunikasi Indonesia, hendaknya sepenuh hati mendukung penelitan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, semisal OpenBTS, yang sejatinya telah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh putra-putri Indonesia,” lanjut Donny.
Donny mengungkapkan, bahwa saat ini sejumlah pihak di Indonesia telah melakukan penelitian dan pemanfaatan OpenBTS secara terbatas. Contohnya, OpenBTS terbukti dapat melayani telekomunikasi rakyat di Wamena, Papua.
“Selama ini penelitan dan pengembangan OpenBTS di Indonesia, dan bahkan penerapannya di wilayah terisolir, belum mendapat dukungan yang memadai dari operator seluler Indonesia, dalam skema kerjasama bentuk apapun,” ketus Donny.
Sebelumnya, uji coba balon Internet ini rencananya akan dilakukan menggunakan frekuensi 900 MHz milik tiga operator, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL, yang berlangsung selama satu tahun di 2016, di lima titik di atas Sumatera, Kalimantan dan Papua Timur.
Project Loon adalah proyek gagasan Google yang bertujuan untuk menyediakan layanan Internet bagi masyarakat di seluruh dunia, yang menjangkau hingga mereka yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau.
“BTS terbang” ini akan melayang pada ketinggian 20 km di atas permukaan bumi, dan memiliki cakupan jaringan LTE yang luas. Metode ini diharapkan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur jaringan di daratan seperti hutan dan pegunungan.[HBS]