Aturan Makin Ketat, Pengguna Telegram Bisa Laporkan Konten Ilegal

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Telegram telah melakukan perubahan besar terkait moderasi konten ilegal bagi para penggunanya.

Setelah beberapa waktu dianggap tidak terlalu ketat dalam pengawasan, kini Telegram memungkinkan pengguna untuk melaporkan konten ilegal dalam obrolan pribadi dan grup. Sebuah langkah yang diambil untuk menjawab kekhawatiran yang semakin meningkat terkait penyalahgunaan aplikasi ini.

Perubahan ini mulai terlihat setelah Telegram mengubah bagian FAQ di situs resminya. Sebelumnya, mereka menyatakan bahwa obrolan pribadi dan grup tidak dimoderasi, dan kontennya hanya ada di antara para peserta.

BACA JUGA:

Namun, sekarang semua aplikasi Telegram menyediakan fitur Report yang memungkinkan pengguna menandai konten ilegal dengan mudah. Pengguna Android hanya perlu mengetuk pesan yang ingin dilaporkan, sedangkan pengguna iOS dapat menekan dan menahan pesan tersebut untuk memilih opsi Laporkan.

Selain itu, pengguna dapat memanfaatkan fitur Report dengan mencatat tautan konten yang ingin dilaporkan dan mengirimkannya melalui email ke tim moderasi Telegram di abuse@telegram.org.

Seperti yang sudah diketahui, pendiri Telegram, Pavel Durov, menjadi sorotan setelah ia membuat pernyataan publik mengenai komitmen Telegram untuk memerangi penyalahgunaan platformnya.

Langkah ini diambil setelah Durov sempat ditahan di bandara Prancis terkait tuduhan bahwa Telegram gagal mengatasi aktivitas ilegal seperti penyebaran pornografi anak, perdagangan narkoba, dan distribusi perangkat lunak peretasan.

Walaupun telah dibebaskan, Durov menyebut penahanannya sebagai tindakan yang “berlebihan.” Menurutnya, pihak berwenang Prancis salah langkah dengan menuduh CEO atas tindakan kriminal yang dilakukan oleh pihak ketiga di platformnya. Ia juga menegaskan bahwa Telegram selalu berupaya mendukung pemerintah dalam penanganan terorisme, bahkan mendirikan saluran telepon khusus untuk menangani ancaman semacam itu di Prancis.

Namun, Durov mengakui bahwa dengan jumlah pengguna yang mencapai 950 juta, Telegram menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menjaga platformnya tetap aman dari penyalahgunaan. Sebagai tanggapan, Telegram telah memperketat aturannya dan berjanji akan terus memperbaiki sistem moderasi internal mereka.

Langkah ini juga merupakan respons terhadap regulasi yang diberlakukan di Uni Eropa melalui Undang-Undang Layanan Digital (DSA).

Telegram sebelumnya melaporkan memiliki sekitar 41 juta pengguna di wilayah tersebut, meski beberapa pejabat meyakini jumlah sebenarnya bisa lebih besar. Regulasi baru ini memberikan tekanan kepada platform digital untuk lebih transparan dan bertanggung jawab atas konten yang diunggah pengguna.

Durov dan tim Telegram berkomitmen untuk meningkatkan transparansi dan memastikan platform mereka tidak menjadi tempat berkembangnya aktivitas ilegal. Mereka bahkan melaporkan telah menghapus jutaan kiriman berbahaya setiap harinya dan bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah (LSM) untuk moderasi yang lebih ketat.

Dengan perubahan ini, Telegram diharapkan bisa menjaga keseimbangan antara melindungi privasi pengguna dan menegakkan aturan yang ketat terhadap konten ilegal. Telegram, yang dikenal karena perlindungan privasinya, harus terus berinovasi untuk mencegah pelanggaran tanpa melanggar kebebasan pengguna.

Perubahan aturan ini adalah langkah besar bagi Telegram dalam merespons tantangan moderasi konten. Dengan fitur pelaporan yang diperbarui, pengguna kini dapat lebih aktif dalam membantu menjaga platform tetap aman dari konten ilegal.

Langkah ini pun membuktikan komitmen Telegram untuk terus berinovasi dan memperbaiki layanannya agar sesuai dengan regulasi yang berlaku, khususnya di Eropa.

BACA JUGA:

Penting bagi pengguna untuk terus berpartisipasi dalam menjaga keamanan platform dengan melaporkan konten yang mencurigakan, sambil tetap menikmati kebebasan dan privasi yang selama ini menjadi keunggulan Telegram. [FY/IF]

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI