AS Unggul dalam Teknologi Hipersonik dengan Mesin Detonasi Baru

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Amerika Serikat (AS) berhasil mencapai terobosan signifikan dalam perlombaan teknologi hipersonik global. Venus Aerospace, startup asal Houston, baru saja menyelesaikan uji terbang pertama mesin roket detonasi berputar (RDRE) di AS. Teknologi ini diyakini dapat memberikan keunggulan strategis bagi AS dalam persaingan dengan China dan Rusia.

Andrew Duggleby, CTO dan salah satu pendiri Venus Aerospace, menjelaskan bahwa mesin RDRE memanfaatkan gelombang detonasi yang berputar di dalam ruang bakar berbentuk cincin. “Ini bukan sekadar mengejar ketertinggalan, tapi melompati pesaing. Mesin ini memungkinkan hipersonik berbiaya rendah, yang benar-benar mengubah permainan,” ujarnya dalam wawancara dengan Interesting Engineering.

Venus Aerospace supersonic flight test drone

Mesin RDRE yang diuji menggunakan etilen dan oksigen sebagai bahan bakar, menghasilkan efisiensi termodinamika lebih tinggi dibandingkan mesin konvensional. Duggleby menyebut, mesin ini berpotensi meningkatkan performa hingga 30%, yang berarti muatan peluncuran ke luar angkasa bisa hampir empat kali lipat lebih besar.

Keberhasilan ini menjadi kabar baik bagi AS, yang selama ini tertinggal dari China dan Rusia dalam pengembangan senjata hipersonik. Rusia telah meluncurkan senjata seperti Avangard dan Kinzhal, sementara China menguji kendaraan luncur DF-ZF. AS sendiri menghadapi tantangan dalam program hipersoniknya, termasuk pembatalan program Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) pada 2023.

Eropa Berusaha Mengejar Ketertinggalan

Sementara AS mulai menunjukkan kemajuan, Eropa masih tertinggal dalam perlombaan teknologi hipersonik. European Space Agency (ESA) baru memulai penelitian dasar untuk mengembangkan kendaraan hipersonik yang dapat digunakan kembali. Didier Schmitt dari ESA mengatakan, tantangan utama adalah menyelesaikan masalah teknis sebelum Eropa bisa memiliki sistem hipersonik yang canggih.

Startup seperti Hypersonica di Jerman berusaha mengisi celah ini dengan mengembangkan platform hipersonik untuk keperluan pertahanan dan luar angkasa. Namun, pendanaan masih menjadi kendala besar. Venus Aerospace, misalnya, telah mengumpulkan dana $43 juta sejak 2020, sementara startup Eropa kesulitan menarik investasi serupa.

Dengan dukungan NASA dan Angkatan Udara AS, Venus Aerospace berencana memperluas pengujian dan berkolaborasi dengan mitra pemerintah maupun swasta. Target jangka panjang mereka adalah mengembangkan pesawat luar angkasa yang bisa lepas landas dari landasan biasa, mencapai orbit rendah Bumi, dan mendarat tanpa tahapan pembuangan.

Perkembangan teknologi hipersonik tidak hanya berdampak pada pertahanan, tetapi juga perjalanan global. Dengan kecepatan Mach 9, perjalanan antar benua bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Namun, tantangan regulasi dan keamanan masih harus diatasi sebelum penerbangan hipersonik komersial menjadi kenyataan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI